Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu Bisa Menjadi Badai

21 September 2020   18:20 Diperbarui: 22 September 2020   15:40 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rindu telah menjadi udara. Telah lama aku menghirupnya. Saat aku rebah, rindu tak jua lelah. Saat aku mandi, rindu membuat rambutku basah.

Dan di saat rindu terasah, dirimu seperti pisau di samping denyut ini. Aku siap menjadi apapun untukmu, kecuali yang kau lupakan.

Rinduku adalah ingatan yang tumbuh karena mengenangmu. Membayangkanmu adalah debar. Memikirkanmu adalah hangat. Bersamamu adalah indah. Namun, itu hanyalah bahasa saja.

Nyatanya, kita tak mampu bertemu sebentar, membicarakan masa depan dan tempat menyimpan kenangan. Sebab kutahu kita akan saling meninggalkan.

Hingga malam ini aku masih bersitegang dengan kenangan tentang siapa dulu diantara kami yang harus lebih dulu melupakan. 

Rindu dan kenangan seperti udara yang kuhirup. Namun, rindu terkadang juga menjadi badai yang memporakporandakan keteguhan.

SINGOSARI, 21 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun