Rindu telah menjadi udara. Telah lama aku menghirupnya. Saat aku rebah, rindu tak jua lelah. Saat aku mandi, rindu membuat rambutku basah.
Dan di saat rindu terasah, dirimu seperti pisau di samping denyut ini. Aku siap menjadi apapun untukmu, kecuali yang kau lupakan.
Rinduku adalah ingatan yang tumbuh karena mengenangmu. Membayangkanmu adalah debar. Memikirkanmu adalah hangat. Bersamamu adalah indah. Namun, itu hanyalah bahasa saja.
Nyatanya, kita tak mampu bertemu sebentar, membicarakan masa depan dan tempat menyimpan kenangan. Sebab kutahu kita akan saling meninggalkan.
Hingga malam ini aku masih bersitegang dengan kenangan tentang siapa dulu diantara kami yang harus lebih dulu melupakan.Â
Rindu dan kenangan seperti udara yang kuhirup. Namun, rindu terkadang juga menjadi badai yang memporakporandakan keteguhan.
SINGOSARI, 21 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H