Bolehkah aku singgah di matamu?
Kali ini pikiranku terus mengajak berdebat,
kepalaku dijejali kata-kata.
"Sini masuk ke sini, ayolah" kata matamu.
Aku yakin, matamu tak menolak.
Sebab, ini bukan perkara angka di kalender itu.
Ini bukan pula tentang tujuanku pulang.
Tidak, aku tidak akan tersesat.
Perasaanku telah dituntun Tuhan, menemukan telaga indah itu.
"Baiklah aku masuk ya?"
Namun, mulutmu membisu.
Bergeming sahutan kata-kata, suara derit tak tereja.
Pipimu bergetar, "Mengapa kau jadi sendu?"
Belum sempat kau jawab, hujan bulan September telah meraih keningku.
Kau biarkan matamu menatapku dalam basah seorang diri.
Terkadang apa yang kau lihat, tak mampu terucap.
Apa yang kau rindu, tak mampu kau tempuh.
Aku menunggu terus matamu.
Sampai mataku membatu purba.
SINGOSARI, 2 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H