Katamu hidup hanya tersirat dalam lambaian tangan. Seperti garis pantai yang menyisakan lambaian senja. Sehingga ruang hatiku terisi keremangan. Ku tak sanggup meraba jarak. Didekap petang di sudut waktu.Â
Aku batu di pinggir jalan, dan kau perempuan berambut hujan lebat. Rindu adalah gerak-gerik awan yang menghalangi matahari bertemu rerumputan. Disana aku terhibur semilir angin. Namun, pikiranku mendidih kemana-mana.Â
Menunggu adalah membatu, butuh jutaan tetes air untuk mengukir kenangan. Begitu pula menafsirkan lambaian tanganmu, butuh jutaan ketabahan bersiap melepas kepergianmu.
SINGOSARI, 7 Agustus 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI