Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penjaga Bulan yang Kecele

6 Agustus 2020   03:12 Diperbarui: 6 Agustus 2020   03:36 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tersiar kabar seorang lelaki pendosa mencuri purnama. Malam itu gigil merawat sunyi, sehingga orang-orang berselimut mimpi. Tak satupun orang mengetahui kejadian hilangnya purnama.

Orang-orang baru sadar saat esok malam ketika seorang perempuan terkurung dalam jebakan lelaki pendosa. Perempuan itu memiliki mata nanar, jiwa yang rapuh, dan bibir yang meracau. Terdapat bekas bujuk rayu serta bualan kata-kata. Sungguh iba kondisinya.

Mulai malam ini, ada perintah kepada semua lelaki jomblo untuk berjaga-jaga, agar pencurian purnama tak terulang lagi. 

Suatu pagi aku bertemu seorang perempuan, wajahnya bak purnama. "Apakah kau purnama yang kujaga semalam?" tanyaku. Ia hanya mengangguk saja, tanpa bicara. Kata bapakku, jika ada perempuan mengangguk diam berarti ia menyukaimu.

Tapi aku masih ragu. Seminggu lamanya pikiran itu mengerubung di kepala. Saat malam minggu, kuberanikan diri untuk bertanya. "Apakah kau menyukaiku?" tanyaku sekali lagi. Ia hanya menggeleng, saat itu wajahnya seperti bulan sabit.

SINGOSARI, 6 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun