Tersiar kabar seorang lelaki pendosa mencuri purnama. Malam itu gigil merawat sunyi, sehingga orang-orang berselimut mimpi. Tak satupun orang mengetahui kejadian hilangnya purnama.
Orang-orang baru sadar saat esok malam ketika seorang perempuan terkurung dalam jebakan lelaki pendosa. Perempuan itu memiliki mata nanar, jiwa yang rapuh, dan bibir yang meracau. Terdapat bekas bujuk rayu serta bualan kata-kata. Sungguh iba kondisinya.
Mulai malam ini, ada perintah kepada semua lelaki jomblo untuk berjaga-jaga, agar pencurian purnama tak terulang lagi.Â
Suatu pagi aku bertemu seorang perempuan, wajahnya bak purnama. "Apakah kau purnama yang kujaga semalam?"Â tanyaku. Ia hanya mengangguk saja, tanpa bicara. Kata bapakku, jika ada perempuan mengangguk diam berarti ia menyukaimu.
Tapi aku masih ragu. Seminggu lamanya pikiran itu mengerubung di kepala. Saat malam minggu, kuberanikan diri untuk bertanya. "Apakah kau menyukaiku?" tanyaku sekali lagi. Ia hanya menggeleng, saat itu wajahnya seperti bulan sabit.
SINGOSARI, 6 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H