Jauh sebelum kau gores luka ini, ketahuilah bahwa aku kelopak kamboja penjaga senja.Â
Kau bisa saja merayakan malam dengan gigil. Bahkan, kau mampu mengikat kabut dengan seikat waktu. Tapi ingatlah, serupa hujan aku bisa datang membasahimu, sewaktu-waktu.
Jarak hanya kebetulan, dan waktu bisa jadi alasan, tapi luka dan cintaku tak butuh keduanya. Tak mengapa kau tinggalkan aku. Sebab nyeri telah menghunusku sebelum lambaian tanganmu.Â
Jika dia mencintaimu, maka aku telah lebih mencintaimu. Jika dia berjanji padamu, kuserahkan seluruh bahu dan rusukku padamu.
Ternyata, kita hanyalah derit pintu yang menyuarakan rahasia. Menjeritkan sesuatu yang tak seharusnya ada diantara kita. Yang kusesali, mengapa kuraut rindu ini sampai runcing, tapi justru kau yang menyayat nadiku.
Sepi dan mati tak mahir menulis. Rindu juga tak cakap berkisah. Maka dari itu lebih baik aku tak ada. Aku sudah bahagia menjadi kelopak kamboja yang akarnya bisa meremukkanmu kelak di pekuburan cinta.
SINGOSARI, 5 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H