Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Negeri Nyiur Melambai

24 Juni 2020   19:04 Diperbarui: 24 Juni 2020   20:02 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
take-andy.blogspot.com

Negeri nyiur melambai.
Angin menghembus dari segala mata angin.
Pohon kelapa terus terdorong miring.

Tuhan,
Jika aku boleh memilih:
"Jangan jadikan aku sebagai simbol negara di negeri ini"

Lihatlah mereka saling mencoret-coret tubuhku.
Aku dikoyak ke sana-kemari.
Atas namaku pula mereka bertitah.
Bahkan beberapa dari mereka menindas, memotong,
menjegal, menghujat dan terus mencari pembenaran diri

Untunglah masih ada tubuhku di atas papan tulis
yang beratap genting penuh lubang.

Untunglah masih ada tubuhku di pinggir trotoar
yang bersanding kalender tahun baru.

Untunglah masih ada leluhur yang mengabadikan
dalam tulisan diatas kertas rapuh.

Mungkin jika tidak ada aku, negeri ini tidak subur.
Mungkin aku juga hanya selembar papan kayu
yang pengukirnya telah menjadi tanah.
Mungkin juga simbol negara memang
dibuat sengketa saja, biar roboh pohon kelapa beserta nyiurnya.

SINGOSARI, 24 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun