Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hikayat Penghisap Kretek

19 Juni 2020   22:00 Diperbarui: 19 Juni 2020   22:18 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://hellosehat.com/

Usai makan pedas, kuhisap dalam-dalam kretek, mengepullah asap tebal. Bergulung-gulung memenuhi kamar. Ia menjelma menjadi perempuan yang kukunya lancip serta tajam. "Mengapa kau lahirkan aku dari paru-parumu?" tanya perempuan itu sambil melotot.

Aku setengah kaget. Maka, kujawab seenaknya saja, "Aku kan laki-laki, masa punya rahim?"

Angin diluar sayup-sayup telah menjemput asap. Ia pergi membawa tanya yang belum diungkapkan untuk kedua kalinya. Seperti cinta gagap yang ditikam rindu hingga kering mengelupas. Di bawah pohon beringin asap itu menghitung usia lalu lenyap.

Usai menenggak kopi, kuhisap lagi dalam-dalam kretek di bibirku. Bergulung-gulung asap memenuhi kamar. Ia menjelma menjadi perempuan yang lemah tak berdaya. "Kuburkan aku segera!" pintanya.

Langsung saja kubuka pintu kamarku, diluar nampak petugas kesehatan membawa ambulance berkata: "Siapa dulu yang kami angkut?"

Tiba-tiba asap itu bangkit seraya menunjuk wajahku. "Dia saja," katanya. "Lihatlah, badanmu kurus berbaju kedodoran, mana ada perempuan mau denganmu?" sambungnya.

Aku merasa tersinggung dan kesal. Kretek yang belum habis itu kuinjak sampai mati. Sekedip mata kemudian kakiku tak menginjak tanah. Aku terbaring diatas ranjang dorong diiringi sirine yang meraung-raung. 

SINGOSARI, 19 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun