Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jangan Berdebat, Mendekatlah

9 Mei 2020   12:08 Diperbarui: 9 Mei 2020   12:07 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.popbela.com

Aku harus berdebat dulu dengan istriku. Sebuah perdebatan yang tak pernah kulakukan selama lima tahun ini. Penyebabnya adalah tempat tinggal. Menginjak usia pernikahan kelima, istriku ingin segera kontrak rumah. Selama lima tahun itu pula kami sering berpindah kost sepetak. Kost dengan satu kamar yang bercampur menjadi satu dengan ruang tamu dan dapur sekaligus tempat tidur untuk melunasi rindu.

Hidup di kost sepetak punya khas yang tak dijumpai dengan tempat tinggal lainnya. Hidup berdekatan, hidup apa adanya dan yang penting bayar kost, sebab kalau tidak bisa diusir oleh pemilik kost.

Aku pernah mengalami apes, diusir dari kost karena telat bayar. Semua barang harta bendaku dikeluarkan di depan kost. Pintu kost dikunci dengan gembok khusus yang dimiliki pemilik kost. Untunglah tetangga kost-ku orangnya baik-baik dan penolong. Semalam aku harus numpang dan kau tahu bagaimana rasanya berjauhan dengan istri padahal hanya terpisah tembok?

Makanya, bersyukurlah jika kau punya rumah sendiri. Dekat dengan istri. Dekat dengan anak-anak. Jangan lagi berfikir tentang rumah tetangga yang belum tentu lebih bahagia dibanding kita. Masih ingat pepatah bukan? "rumput tetangga lebih hijau". Ah, biarkan yang hijau tetap hijau, di rumahku warnanya merah, kuning, hijau. Penuh warna.

Baiklah, kembali ke perdebatan. Sebuah perdebatan tentang memilih rumah kontrak. Mungkin istriku benar, ia sudah bosan tinggal di kost sepetak terus-terusan. Masak di ruang yang sama, tidur di ruang itu juga dan nonton tv pun tetap di situ. Hanya mandi dan buang hajat saja yang ada diluar.

Kata istriku, mestinya aku sudah sanggup kontrak rumah, sebab usaha toko milik paman sangat laris. Aku membantunya sejak toko itu hanya satu etalase hingga saat ini memiliki 10 karyawan termasuk 3 kasir.

Istriku kerja di pabrik sandal dan sepatu. Sebuah pabrik yang menjual barang sortiran di dalam negeri dan melempar barang bagusnya sebagai komoditi ekspor. Jadi jangan salah, kita juga pengekspor sandal dan sepatu ke berbagai negara.

Bahkan, istriku sering tersenyum sinis saat para artis pamer sepatu mewah yang katanya harganya ratusan juta dan dibeli di Eropa. "Ah, itu buatanku Non, sini kalau mau ke pabrik tak kasih dua karung" ujar istriku suatu pagi saat menonton tayangan infotainment. Sekali lagi, terkadang kita terlalu jauh-jauh untuk mendapatkan barang yang sebenarnya dibuat di dekat kita.

Berdasar pekerjaan istriku itu pula, ia tak mau jauh-jauh dari pabrik. Maka, perdebatan seru pecah di rumah tanggaku. Kost sepetak yang berukuran 3 meter x 3 meter ini semakin pengap saja. Tubuhku bercucuran keringat. Istriku terus mengomel ingin kontrak rumah dekat pabrik. Sedangkan aku bukannya tidak setuju, tapi waktunya saja jangan sekarang. Saat ini semua disuruh di rumah saja. Pandemi covid-19 tak boleh kemana-mana.

Tapi, lama-lama panas juga kupingku. Baiklah, aku ajak istriku untuk survei lokasi kontrakan. Keluar masuk perumahan yang ada di sekitar pabrik hingga harus buka puasa di pinggir jalan. Kami kelelahan, mampir di warung es degan dekat bandara udara sambil lihat pesawat turun.

Tiba-tiba istriku nyeletuk, "Lihat, kita tak pernah naik pesawat, kata orang ada pesawat yang ongkosnya mahal dan ada pula yang murah."
Aku masih sibuk mengaduk es degan supaya segera mencair es batunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun