Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dinding Kamar yang Lengang

28 Maret 2020   20:32 Diperbarui: 28 Maret 2020   20:44 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
flintzperspective.files.wordpress.com

Meskipun ada himbauan untuk berdiam diri di rumah, aku dan kawan-kawanku tetap berkativitas seperti biasa. Mau ngopi ya ngopi saja. Tinggal kontak kawan-kawan, lalu ramai-ramai kami ngopi di sebuah warung dekat kost. 

"Makasih lo mas, masih mau ngopi disini, beberapa hari ini sepi, pembeli pada buat kopi sendiri di rumah" kata Mas Yanto penjual warung kopi sekaligus gorengan tempat aku nongkrong bersama kawan-kawan.

"Maklum mas, kata pemerintah kita harus di rumah, tapi ngopi ya harus di warung, hahahaha..." sahutku seraya menghibur Mas Yanto.

"Hahaha, bisa aja sampeyan, ini kopinya, special mas, tak diskon malam ini" imbuh Mas Yanto membagikan lima gelas kecil berisi kopi kental.

Asap seduhan kopi melayang bercampur kepulan asap kretek dari mulut kami. Seperti malam kemarin, kami masih bercerita ngalor ngidul. Membahas game online (gim), membahas perempuan, membahas rumah serta berbagai kiriman lucu di media sosial. Memang semurah itu kami mencari hiburan. Ngopi, ngobrol, otak-atik gawai lalu tertawa bersama.

Sampai jam sepuluh malam warung Mas Yanto tak banyak berubah. Hanya sepi yang menyanyikan nada malam hari. Lampu kota yang redup menambah kesedihan Mas Yanto. Ia harus terus berjualan saat pemerintah menghimbau untuk bekerja di rumah. Gorengan yang tersaji di sebuah piring sudah habis. Kami berlima pula yang silih berganti mengunyah sambil menghabiskan malam.

"Wui...wui...wui", sebuah sirine mobil patroli polisi menyalak dari kejauhan. Semakin dekat dan akhirnya berhenti di depan warung Mas Yanto yang masih menggeliat. Beberapa polisi turun dari kendaraan dan memberi arahan kepada Mas Yanto untuk segera menutup warungnya. Kami berlima juga tak luput mendapat himbauan yang sama, "Sebaiknya mas-mas ini semua jangan ke warung dulu, ayo mas kami minta bantuan kesadarannya untuk sementara tinggal dirumah dulu, jangan kemana-mana" saran dari salah satu polisi.

Polisi itu tak mau melanjutkan sebelum kami dan tentunya Mas Yanto juga untuk segera meninggalkan warung. Kata polisi tadi ini suasana genting, suasana serius menangkal wabah virus. "Ayo mas, tolong mas, tutup segera dan besok juga tetap di rumah saja, terima kasih untuk perhatiannya" imbuh Polisi sebelum beranjak pergi. Warung Mas Yanto telah gelap. Kami berlima berjalan menuju kost masing-masing dan berpisah di sebuah pertigaan.

Di dalam kamar kost, aku masih melanjutkan sisa-sisa ingatanku di warung. Tentang perempuan yang kini menjadi relawan di sebuah rumah sakit. Saat ngobrol di warung sempat terdengar salah satu kawanku menyebutkan bahwa perempuan itu sebenarnya mahasiswi kedokteran yang sudah lulus dokter muda dan tinggal menunggu wisuda saja. Toh, kampus sendiri juga masih belum memutuskan kapan prosesi wisuda akan digelar. Sehingga perempuan itu akhirnya menjadi relawan di rumah sakit saat wabah virus seperti ini.

Iseng-iseng kubuka laptop dan menghubungi kawan-kawan untuk bisa ngobrol secara online. Sebuah aplikasi khusus untuk pertemuan online telah kami buka bersama dan tetaplah pembahasan mengenai perempuan.

"Coba kasih ke aku fotonya bro" pintaku saat salah satu kawan telah memperoleh foto perempuan mahasiswi kedokteran itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun