Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Wangi Dunia

2 Februari 2020   20:00 Diperbarui: 2 Februari 2020   20:04 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telah kuterima setangkup duka dunia dalam teras hatiku. Kutanam satu-persatu dalam kebun yang tak begitu luas. Sebuah tanah purba yang ditinggalkan oleh berbagai rindu leluhurku.

Sebulan lamanya, bunga-bunga mulai menebarkan wanginya. Menjalar tebar hingga telinga gunung, turun ke batu dan kali-kali dengan air yang beranjak pergi menjumpai muara. Waktu sedang khusyuk menderas sunyi.

Jika senja membasuh mukaku, kutulis sajak semerbak wangi di secarik kertas. Kulipat dan kuperas hingga menjadi anggur. Semalam kutenggak anggur itu hingga mabuk. Dunia menjadi purna duka.

Dalam mabuk itu kusebut nama bunga satu persatu, supaya sudi tinggal dalam vas bunga warna suka. Larutlah waktu menjadi gulita, aku terbata-bata melihatmu mabuk seusai mencium semerbak wangi. Ternyata kau dapati duka dan sunyi menjadi wangi yang terus menderas waktu.

SINGOSARI, 2 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun