Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ledakan (Mati) Laut Kami

13 Januari 2020   12:11 Diperbarui: 13 Januari 2020   12:15 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: images.saatchiart.com

Sejak ada insiden perahu asing berlayar di laut kami, semua ikan segera mengambil posisi aman.

Ikan hiu pada barisan paling bawah, diatasnya ikan tuna, diatasnya lagi ikan pari. Kemudian ikan layur, ikan bawal, ikan dorang dan ikan kakap.

Barisan sudah ditata rapi. Kita sepakat menghindari jaring kapal asing, dengan cara tidak plesir agak jauh. 

Hari ini ada intruksi bahwa kapal asing akan ditangkap, tidak diledakkan seperti jaman ikan hiu jadi pimpinan kami.

Biarlah aturan itu untuk kapal asing, bagi kami lautan tetap harga mati. Kami makan di laut, bertelur dan berkembang di laut. Berkawan dan berpesta di laut. Hidup kami di laut. 

Sedangkan, mati kami di restauran-restauran yang asing bahasanya. Saat dimasukkan peti pendingin sudah ada ikan hiu, ikan tuna, ikan pari, ikan layur, ikan bawal, ikan dorang, dan ikan kakap. Mereka berbaris rapi seperti barisan kapal asing yang menjaring kawan-kawan kami tanpa urat nadi, dari pagi sampai kami mati tanpa ada ledakan lagi.


SINGOSARI, 13 Januari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun