Semua kenangan telah dikemas rapi, dalam bingkai yang memenuhi dinding kepala. Saat kalender telah menggugurkan semua angkanya, tentang kegembiraan dan kedukaan. Dalam bulan basah ini, cahaya berenang bersama terang natal.
Sepasang mata sedang menunggu kereta baru, dengan tujuan ke barat, dimana angin berbisik sayup-sayup. Nasib telah begitu tertib. Kepada alpa kita selalu membuat teman karib.
Meski kita sama-sama memandang keluar, tapi kita tertawa dalam menit yang berselisih, dan kita memikirkan batu dengan sunyi yang berbeda-beda.
Kita hanyalah sebuah kelak, yang menunggu kalender turun di pemberhentian, melepas letih menikmati sajak, sampai kalender tak berdetak.
SINGOSARI, 29 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H