Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Termakan Puisi

1 Desember 2019   12:54 Diperbarui: 1 Desember 2019   13:16 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by Józef Rippl-Rónai (kunst-fuer-alle.de)

Sebelum puisi ini kutulis, sebenarnya aku tak punya ide.
Melalui khayalan yang ada di kepala
kawan-kawanku, semua ide itu kurampas,
lalu kumasukkan dalam panci.

Selama semalam kurebus ide-ide
itu hingga matang. Tak ada bumbu-bumbu
khusus yang dicampur kedalam panci.
Itulah mengapa istriku benci dengan
puisiku, katanya aku sudah tidak
seperti dulu lagi.

Menyayangi,
Mengelus-elus dahinya,
Memijat pundaknya
Mencium jidatnya
dan masih banyak lagi.

Keesokan malamnya, istriku tidur sendirian
dalam kamar. Ia cekikikan
seperti ada yang menghiburnya. 

Sebagai seorang pria tulen, seperti yang
pernah kutulis dalam puisi, maka kudobraklah
pintu kamar.

Olala, puisi telah meracuni istriku.
Ia menggelepar diatas kasur, matanya
mendelik, tangannya memegang kertas,
nampak pula puisiku meleleh tumpah membasahi sprei. 

Harusnya aku merebus puisi selama
dua malam, sehingga tulangnya bisa
lunak dan tidak membuat istriku tersedak.


MALANG, 1 DESEMBER 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun