Aku seonggok puisi tua
Tak seorangpun sudi membacaku
Bahkan kata penyair, aku ini mirip
pelacur tua.
Terbawa deru angin kesana-kemari
menjajakan bait keindahan.
Tak ada mata melirik dan mengajak bicara.
Ditemani tiang listrik yang menyalakan
gemerlap serta remang-remang akhir pekan
Air terus mengalir.
Nafasku penuh asap.
Airmataku gerimis.
Huruf-huruf meninggalkanku.
Berloncatan kesana-kemari
mencari tumpangan di koran
dengan berita:
"Kertas Puisi telah menjadi Digital"
Malang, 12 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H