Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Bunga dari Ibu

11 November 2019   23:10 Diperbarui: 15 November 2019   07:14 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: rackcdn.com

Aku selalu terdiam saat ibu menyiram kembang. 
Kulihat seperti ada pelangi diantara rintik air yang tumpah. 
Mungkin itulah asal warna bunga. 

Aku juga terdiam saat ibu menyiangi bunga yang layu. 
Kulihat wajah ibu begitu sedih sampai airmatanya tumpah. 
Mungkin itulah warna asli bunga. 

Kini, saat aku dewasa dan ibuku semakin renta 
kutunggu di sampingnya dengan setia. 
Sebuah dipan dengan sprei bunga-bunga  
menguatkan tubuhnya yang terbaring lemas. 

Ibuku bercerita mengapa saat senja selalu 
menyiram bunga? Sebab esok pagi adalah 
waktunya bunga mekar 

"Lalu mengapa ibu sedih saat memetik bunga
yang layu?,"
sahutku lirih.

"Akulah bunga layu sekarang ini, kau tak usah
memetiknya, sejak kecil bunga itu sudah ibu
berikan padamu, semuanya untukmu." 

Dan aku meraung-raung saat bunga itu terbang
ke angkasa. Kuntumnya benar-benar beku.


SINGOSARI, 11 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun