Aku selalu terdiam saat ibu menyiram kembang.Â
Kulihat seperti ada pelangi diantara rintik air yang tumpah.Â
Mungkin itulah asal warna bunga.Â
Aku juga terdiam saat ibu menyiangi bunga yang layu.Â
Kulihat wajah ibu begitu sedih sampai airmatanya tumpah.Â
Mungkin itulah warna asli bunga.Â
Kini, saat aku dewasa dan ibuku semakin rentaÂ
kutunggu di sampingnya dengan setia.Â
Sebuah dipan dengan sprei bunga-bunga Â
menguatkan tubuhnya yang terbaring lemas.Â
Ibuku bercerita mengapa saat senja selaluÂ
menyiram bunga? Sebab esok pagi adalahÂ
waktunya bunga mekarÂ
"Lalu mengapa ibu sedih saat memetik bunga
yang layu?," sahutku lirih.
"Akulah bunga layu sekarang ini, kau tak usah
memetiknya, sejak kecil bunga itu sudah ibu
berikan padamu, semuanya untukmu."Â
Dan aku meraung-raung saat bunga itu terbang
ke angkasa. Kuntumnya benar-benar beku.
SINGOSARI, 11 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H