Terminal bus semakin sepi.
Aku menjadi paham kini, mengapa
orang memilih pergi sendiri.
Kutelanjangi sudut berbau pesing
hingga pengamen tua yang gitarnya
dibuat bangku. Mereka sudah kabur
bersama musim kemarin.
Kepingan kenangannya dibiarkan
begitu saja, dikerubut lalat hijau.
Seandainya waktu itu aku
meminjam tubuhnya sehari saja,
kuantar kau di penghujung waktu
dengan bus sembrani, meninggalkan
kenangan di pagar terminal yang
berwarna karat.
Kini baru kusadari,
ternyata tubuhnya terlalu kecil,
sedangkan cintanya terlalu besar
untukmu. Aku pun menjadi menara
di terminal yang tak mampu bersuara
memberangkatkan cintamu dengannya.
Sejak itulah orang memilih pergi sendiri
sebab mereka berani hidup berdua, sedangkan
aku tidak kemana-mana bersama
terminal bus tua.Â
MALANG, 3 SEPTEMBER 2019
Bagi penikmat puisi satire romansa seperti diatas, boleh juga membaca puisi ini sembari mendengarkan lagu Creep dari Radiohead. Aku tak menganjurkan, tapi aku juga enggan melarang, sebab kau sudah dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H