Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mandul

28 September 2019   13:45 Diperbarui: 28 September 2019   15:40 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com

Rumah kita terlalu akrab dengan tempias hujan,
alis matamu pun menjadi basah. Mungkin kau masih
ingat saat cincin yang hinggap di jemarimu,
kita berikrar jika hujan merawat bumi tetaplah
menjadi rindu yang turun dari langit.

Aku mengenalmu lewat musim yang tak
kunjung berhenti, seperti perkawinan kita
yang tak pernah mengandung bayi.

Kuharap tak ada sungai dalam kelopak matamu,
sebab hujan dan pelangi menjadi
pilihan penyair.

Bagiku tempias hujan dan alis matamu
tak akan berakhir, seperti alamat
yang sesungguhnya tak pernah ada, kecuali
rumah yang kita tempati, yaitu cinta kita.

Rawatlah kelahiran cinta kita,
sebab dari sanalah bayi-bayi
kita akan menyalakan api rindu
yang tak lelah menepikan riak
kehidupan.


SINGOSARI, 28 SEPTEMBER 2019
Bagi pasangan yang belum menimang anak, percayalah ada cinta yang besar dan terlahir dari sebuah pasang manusia. Bersabarlah selalu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun