Rumah kita terlalu akrab dengan tempias hujan,
alis matamu pun menjadi basah. Mungkin kau masih
ingat saat cincin yang hinggap di jemarimu,
kita berikrar jika hujan merawat bumi tetaplah
menjadi rindu yang turun dari langit.
Aku mengenalmu lewat musim yang tak
kunjung berhenti, seperti perkawinan kita
yang tak pernah mengandung bayi.
Kuharap tak ada sungai dalam kelopak matamu,
sebab hujan dan pelangi menjadi
pilihan penyair.
Bagiku tempias hujan dan alis matamu
tak akan berakhir, seperti alamat
yang sesungguhnya tak pernah ada, kecuali
rumah yang kita tempati, yaitu cinta kita.
Rawatlah kelahiran cinta kita,
sebab dari sanalah bayi-bayi
kita akan menyalakan api rindu
yang tak lelah menepikan riak
kehidupan.
SINGOSARI, 28 SEPTEMBER 2019
Bagi pasangan yang belum menimang anak, percayalah ada cinta yang besar dan terlahir dari sebuah pasang manusia. Bersabarlah selalu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H