Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepotong Kertas Undang-undang

26 September 2019   21:49 Diperbarui: 26 September 2019   21:51 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.saatchiart.com

Di suatu keramaian pengunjuk rasa
sepotong kertas tak punya daya
kesana-kemari diterpa kibasan bendera
semenit kemudian terinjak oleh rombongan
massa yang mendidih urat nadinya

Maka,
ada cap sepatu menempel
pada sepotong kertas itu
dan itu menjadikannya kotor

Beruntung ada pemulung tua
segera memungut kertas itu
membawanya pulang
berbaur dengan tumpukan kertas
siap timbang tebus beras

Pada malam hari,
Kertas itu menjumpai pemulung
dalam mimpi selepas unjuk rasa reda,
katanya, "Aku sepotong kertas undang-undang,
tubuhku telah disobek, tak kuasa aku mengikatmu,
apalagi mengajakmu ke penjara. Aku pasal
yang sudah koyak."

Pemulung tua itu terbangun
melempar mimpinya.
Ia menangis,
karena kota menjadikannya penjara
bagi kehidupan layak, serta
harta yang tak pernah akrab
dengannya.

SINGOSARI, 25 SEPTEMBER 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun