Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Penanda Kota

29 Juli 2019   07:42 Diperbarui: 29 Juli 2019   07:44 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn11.bigcommerce.com

Saat jalan-jalan kota sedang ramai
Justru aku kesepian menanti mimpi
Orang-orang mengacuhkan aku
Jika begini aku jadi sampah saja
"Tapi, oh jangan!, jangan injak aku!"
Tak ada cara lain selain melarikan diri
Truk-truk sampah itu sungguh bau!

Jika begini aku mau jadi tiang listrik saja
Tapi aku terlalu tegang
Dibawah lampu kota banyak hidung belang
"Kakiku susah beranjak, semakin pegal saja!"
Besok saja kuakhiri menjadi tiang listrik

Sepertinya lebih asyik menjadi jembatan
Menolong orang melanjutkan perjalanan
"Baiklah, aku bersiap diri"
Punggungku terasa seperti dipijat
Tapi perutku penuh penyamun
Gelandangan yang mencungkil lambungku
Mencari sisa makan dan mengencingi aku seenaknya!

Jika begini, aku harus mencebur ke sungai
Sekalian saja jadi sungai kota
Menghilangkan bau pesing
Diantara botol plastik yang menggunung
"Kapan ke muara?" pintaku memelas
"Sudahlah lebih baik kau terbuang saja disini," balas suara aneh
Ia meletakkan kardus berisi bayi
Membungkus aib dibalik jaketnya
Sebagai penanda keramaian kota

Malang, 29 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun