Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria dengan Iklan Jodoh

27 Juli 2019   19:03 Diperbarui: 27 Juli 2019   22:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn6.dissolve.com

Seorang pria kesepian memasang iklan kontak jodoh di sebuah koran kota. Ia mendambakan kekasih yang mau menerima apa adanya. Kekasih itu setidaknya seperti perempuan yang dijumpainya dalam mimpi. Tubuhnya setinggi dirinya, kulit sawo matang, rambut lurus sebahu dan hidungnya mancung. Dalam mimpinya, perempuan itu hadir berbaju putih dan memakai celana jeans. Tidak banyak bicara juga tidak banyak permintaan. Sepertinya perempuan inilah yang akan menjadi kekasih dalam dunia nyata.

Setelah memasang iklan kontak jodoh, pria itu pergi ke taman kota. Ia berharap bisa bertemu dengan perempuan dalam taman kota mirip mimpinya. Maka, pria itu menelanjangi taman kota hingga ke sudut-sudutnya. Sesekali ia kejatuhan kotoran merpati yang terbang kesana kemari. Namun, pria itu tetap sabar dan mondar-mandir saja di taman. Tak banyak yang ia perbuat, duduk di bangku memandangi rimbunnya pepohonan di kejauhan. Jika bosan, ia melangkahkan kaki ke tengah taman, menjumpai pasangan-pasangan yang duduk di bangku. Pasangan kekasih itu sama sekali tak menghargai pria kesepian seperti dirinya. Mereka menyulam waktu melunasi rindu.

Pria itu membiarkan waktu melumatnya hingga senja. Hatinya tetap bersabar. Keyakinannya tentang perempuan dalam mimpinya yang hadir di taman kota menjadi batu karang yang tak tergoyahkan. Ia teringat pesan orang-orang di sekitar rumahnya, bahwa perempuan lebih suka keluar rumah di senja hari. Biasanya mereka menghabiskan sore di taman kota. Pria itu pun kembali bersabar dan tetap menunggu meskipun kakinya ditekan pegal. Tubuhnya letih, memaksanya duduk kembali di bangku. 

Petang segera menjemput, seorang perempuan berbaju putih dan bercelana jeans berjalan merapat menuju bangku dengan pria sedang duduk dengan malasnya. Seketika pria itu terkejut, wajahnya berubah bahagia. Seklumit kemudian keduanya duduk sebangku, berkenalan dan basa basi. Sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh perempuan itu. "Mbak mau tanya apa lagi tentang saya," tanya pria itu. "Saya mau tahu caranya pasang iklan mencari jodoh di koran mas," timpal perempuan itu. Pria itu sedikit gugup mendengar tanya perempuan tentang iklan jodoh. Lantas ditanyanya kembali perempuan itu, "Kamu ingin mencari pria seperti apa?." Mendengar jawaban itu, perempuan itu membalasnya lebih semangat, "Eeee, Saya ingin menyerahkan hidupku pada pria, tapi pria itu kalau bisa duda, dia pemilik taman kota ini, supaya aku bisa berdua saat petang seperti ini dengannya." 

Seketika pria itu tertimpa sunyi. Tubuhnya mematung batu. Ia bukanlah duda, apalagi pemilik taman kota. Justru suara jangkerik di taman kota ini tiba-tiba menghunus telinganya. Membuat jemarinya membeku, wajah teramat pasi. Bibirnya bergetar terombang-ambing oleh dada yang sesak. Pria itu mengabaikan apa saja yang ada di sekelilingnya. Ia mencoba bangkit dan beranjak pergi. Wajahnya tak menoleh sedetik pun ke belakang. Ia pun menyobek-nyobek koran yang memuat iklan kontak jodoh, lalu menyebar sobekan itu ke taman kota yang terus mengejeknya. Meninggalkan bangku yang dihinggapi kunang-kunang, serta hatinya yang tak laku-laku.

Malang, 27 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun