Ibu tak punya pilihan
Saat melahirkanku
Darah di tubuhku sering bertanya
Tentang ayah yang dilahap jarak
"Mengapa ayah pergi bu?"
Ibu terus menyangrai kopi
Keningnya semakin hitam
Aku tak hirau saat pipinya basah
Mungkin saja itu uap kopi, atau
Pedih yang mendidih
"Ayahmu tak punya pilihan"
"Ia begitu menyayangimu"
"Daripada kau lahir dari pelacur?"
Aku bergetar, kejutku memuncak
"Lalu?"
Dengan lirih ibu menyulam kata
"Ia hanya ingin punya anak laki-laki"
"Supaya kau menjaga ibumu"
"Ibu hanya memilih ayahmu, tapi tidak demikian dengan pilihan ayahmu"
"Mungkin suatu saat nanti, ayahmu mengerti arti sebuah pilihan"
"Atau meninggalkan pilihannya menuangkan kopi pahit"
"Kemudian meminumnya sampai amarah memecahkan cangkir kopi"
"Ibu yakin, ayahmu akan kembali, meski tak punya pilihan lagi"
Malang, 20 Juli 2019