Bulan tak pernah menagih apapun pada matahari, bahkan keduanya jarang bertemu, pada bukit yang tumbuh perdu, serta kunang-kunang pemalu. Puisi kehidupan selalu dititipkan bulan kepada fajar. Lalu bulan mengajak bintang menemui para perindu yang membeku, memenuhi gelas-gelas penuh gemerlap cinta.
Matahari tetap setia menempuh perjalanan, ia memahami pesan yang disampaikan fajar. Menerangi bukit yang tumbuh perdu, serta hangatnya kepakan kupu-kupu. Puisi kehidupan dibacanya dihadapan senja, sebentar lagi gerimis ikut mengantar kepergian pelangi, mereka akan menjamu pecinta dengan warna-warni asa.
Kita, adalah aku dan kalian, belum ada pertemuan di antara waktu berlalu. Singgah pada bukit yang tumbuh perdu, serta puisi-puisi yang merindu. Puisi kehidupan terserak di ujung fajar, bertemu di muara pada suatu senja. Kita penuhi bersama-sama rindu dan cinta. Puisi berbalas yang khidmat penuh makna.
Singosari, 2 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H