Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Berbalas

2 Juli 2019   13:56 Diperbarui: 2 Juli 2019   14:10 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan tak pernah menagih apapun pada matahari, bahkan keduanya jarang bertemu, pada bukit yang tumbuh perdu, serta kunang-kunang pemalu. Puisi kehidupan selalu dititipkan bulan kepada fajar. Lalu bulan mengajak bintang menemui para perindu yang membeku, memenuhi gelas-gelas penuh gemerlap cinta.

Matahari tetap setia menempuh perjalanan, ia memahami pesan yang disampaikan fajar. Menerangi bukit yang tumbuh perdu, serta hangatnya kepakan kupu-kupu. Puisi kehidupan dibacanya dihadapan senja, sebentar lagi gerimis ikut mengantar kepergian pelangi, mereka akan menjamu pecinta dengan warna-warni asa.

Kita, adalah aku dan kalian, belum ada pertemuan di antara waktu berlalu. Singgah pada bukit yang tumbuh perdu, serta puisi-puisi yang merindu. Puisi kehidupan terserak di ujung fajar, bertemu di muara pada suatu senja. Kita penuhi bersama-sama rindu dan cinta. Puisi berbalas yang khidmat penuh makna.

Singosari, 2 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun