Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumahku

12 Juni 2019   15:58 Diperbarui: 28 Agustus 2019   15:23 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
scontent-lga3-1.cdninstagram.com

Hampir sepuluh tahun aku tidak pulang kampung. Nasib perantau kadangkala kurang beruntung, apalagi anakku mulai pandai berhitung, tentang harta yang belum juga menggunung.

Selama perjalanan pulang, istri dan anakku senang. Hingga asyik melukis bayangannya masing-masing. Istriku sedang membayangkan ranjang, berikut atap rumah yang berlubang. Sedangkan anakku membayangkan rumah kakeknya yang baru dijumpainya sekarang.

Sore itu kita berjalan saja menuju rumah. Tubuhku ditindih barang bawaan yang menjajah. Sebagai ayah memang harus mengalah, membiarkan anak dan istri bebas melangkah. Sambil terus mengamati rumah-rumah, ternyata banyak rumah baru yang megah-megah.

Beberapa orang lama menyapa, dan beberapa orang baru memandang tanya. Terdengar pula suara anjing penjaga, serta langkah sandal jepit kita. Rupanya gang ini sudah berubah rupa. 

Sampai di depan rumah, anakku terperangah, "Pak, yang inikah rumah kakek?"

"Bukan nak, itu terlalu mewah, ini rumah kakekmu!" Pintu gubug pinggir sawah mulai kubuka ruah. Terlihat ranjang berkasur merah, serta atap yang berlubang tengah. Bapak ibu mengulum senyum renyah. Tangannya menjulur murah, membuat anakku berhenti melangkah, membakar lukisan bayang rumah, saat senja mulai mengintip ditepi sawah.

Malang, 12 Juni 2019
Kadangkala bayangan ayah dan anak berbeda, dan memang apa yang dialami ayah dan anak TIDAK BOLEH sama.

 
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun