Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cermin yang Rindu Tuannya

27 Mei 2019   09:26 Diperbarui: 27 Mei 2019   12:10 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usiaku memang beranjak tua
Namun tidak demikian dengan nyonya tua
Dandanannya modis berkaos ketat ungu tua
Makanya aku terpaku mangu di kamarnya
Tiga puluh lima tahun aku disana

Wajahku tak bermata
Namun mengamati kehidupan nyonta tua
Sejak bulan madu nikah muda
Hingga pria asing yang tak kusangka
Saat lampu mati tersisa ketawa

Tubuhku dibingkai kayu hitam
Namun yakinlah aku jujur tak pernah naik pitam
Bahkan aku sering cekikikan meruam
Melihat mata nyonya tua melotot tajam
Saat melepas bulu mata kelam

Aku hanya ingin bertanya
Kira-kira kemana tuan pria berkelana?
Apakah karena ia miskin dan papa
Sehingga tak pernah kujumpa
Tubuh kurus rambut botak merata
Serta tinggalan harta benda
Kecuali, paku berkarat yang menggantungku tak kuasa

Malang, 27 Mei 2019 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun