Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ziarah

24 Mei 2019   08:53 Diperbarui: 24 Mei 2019   11:11 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu pernah berpesan
Sayangi semua makhluk Tuhan
Termasuk hewan dan tumbuhan
Jangan menebang pohon tanpa alasan
Dedaunan bekal kesuburan bumi
Mereka saksi kehidupan

Kini aku berziarah ke makam ibu
Memohonkan ampun segenap haru
Bersama anakku

Mama,
Mengapa makam nenek di bawah pohon besar?

Nak,
Nenekmu orang penyayang
Pohon besar itu meneduhkan makam nenek
Sama persis pohon tua di belakang rumah
Neneklah yang merawatnya
Kelak kau juga harus menjaganya

Mama,
Lihat ini!
Daun-daun menimpa pangkuanku
Apa nenek melihat kita?

Iya nak,
Daun adalah bekal kesuburan bumi
Nenek selalu berkata seperti itu
Tuhan ampunilah segala dosa ibu
Sayangilah dia sebagaimana dia merawatku masih kecil

Malang, 24 Mei 2019

Refleksi tumbuhan yang bersaksi atas kehidupan dan ketiadaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun