Anakku, Putri Galuh
Lahir bersama getirnya gaduh
Keringat ibunya merayap di sekujur tubuh
Aku, sebagai bapaknya ikut berpeluh
Sampai kerah baju menjadi keruh
Gara-gara pasar terbakar dan luluh
Kesana-kemari Aku gila mencari rupiah
Tangan berulangkali menengadah
Tak satupun recehan jatuh mengarah
Tuhan apakah recehan sudah habis dijarah? Â
Anakku,
Bapakmu memang tak sekuat Ibumu
Dia yang melahirkanmu
Menguatkanmu dengan susu ibu
Mencuci semua baju
Membuatkan kopi payau
Serta menanak nasi campur debu
Bapak hanya mampu berkubang keringat
Seolah-olah panas menyengat
Padahal di rumah asap dapur minggat
Meja makan penuh rengat
Maafkan jika engkau merasa berat
Hidup harus penuh tirakat
Semoga Putri Galuh menjadi orang hebat
Malang, 20 Mei 2019
Jika ditimbang, keringat Ibu tetaplah paling banyak memenuhi jerigen perjuangan. Namun, keringat bapak juga banyak yang tercecer di pinggir jalan.
Saya mohon maaf jika ada nama seseorang yang sama atau mirip, itu hanya kebetulan saja, tidak ada maksud lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H