Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pak Beye dan Upaya Meraih Simpati yang Hilang

31 Agustus 2016   18:13 Diperbarui: 1 September 2016   07:35 3956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bijaks.net

Anda pernah dengar peribahasa ini, "Setali pembeli kemenyan, sekupang pembeli ketaya; sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya". Mungkin, inilah yang saat ini dirasakan oleh Partai Demokrat yang dipimpin oleh Pak SBY. Tidak hanya Pak SBY, semua kader Partai Demokrat merasa tertekan, ketika mereka hendak menyuarakan sesuatu hal yang menyangkut kepentingan rakyat dengan membawa nama Partai Demokrat.

Apa pasal? Tentu kepercayàn bagian terbesar dari masyarakat yang sudah hilang kepada Partai Demokrat. Padahal, bisa saja ide atau pemikiran yang hendak mereka suarakan tidak kalah bagus dari ide yang disampaikan oleh kader partai lain. Namun begitulah faktanya, segala hal yang berbau Partai Demokrat langsung dicurigai. Hal itu dinilai tidak lebih dari retorika, pencitraan, dan upaya meraih simpati dan entah apa lagi.

Jika kita telusuri ke belakang, upaya Partai Demokrat untuk bangkit kembali, termasuk yang dilakukan oleh Pak Beye, langsung mendapat respon negatif, bahkan dibully habis-habisan oleh netizen. Dan kita bisa merasakan keraguan Partai Demokrat untuk melanjutkan Tour de Java yang terhenti di tengah jalan setelah Presiden Jokowi melakukan blusukan ke Hambalang.

Demikian juga kejadian terbaru, kritikan Pak Beye tentang Visi Maritim Presiden Jokowi juga langsung disantap oleh netizen dengan kritikan pedas untuk Pak Beye. Memang, apa yang dilakukan oleh Pak Beye merupakan bentuk tanggungjawabnya untuk membuat Partai Demokrat eksis kembali. Namun, sepertinya belum ada perubahan pola yang digunakan oleh partai Demokrat dalam meraih simpati yang telah pergi dari hati masyarakat, mengandalkan kritik. Ingatan buruk masyarakat tentang Partai Demokrat masih belum hilang. Dan ternyata menghilangkannya sangat tidak mudah, apalagi hanya dengan kritik yang justru mendatangkan antipati.

Ditambah lagi dengan masih adanya rentetan kasus di Partai Demokrat, seperti baru-baru ini yang terjadi pada Ramadhan Pohan, Wayan Sudiarta dan juga apa yang dialami oleh Ruhut Sitompul. Walaupun Ruhut Sitompul bagi banyak orang merupakan sosok yang menyebalkan, namun di mata masyarakat, ia merupakan kader yang loyal dan tidak terlibat korupsi. 

Pemecatan Ruhut sebagai koordinator jubir Partai Demokrat, justru dinilai kontraproduktif dengan upaya PD memperbaiki citra di mata masyarakat. Ruhut Sitompul bahkan masih lebih layak jual dibanding ketua fraksi PD, Ibas yang bagi banyak orang kebersihannya masih diragukan karena namanya disebut-sebut dalam perkara korupsi kader Partai Demokrat yang lain.

Mencermati beberapa upaya yang sudah dilakukan oleh Pak Beye dan Partai Demokrat selama ini, tidak ada pilihan lain bagi Partai Demokrat selain merombak total strateginya agar bisa tetap menjadi partai yang diperhitungkan di pemilu yang akan datang. Di masa pemerintahan Pak Jokowi, Demokrat harus mendukung pemerintah dan menjadi partai pro pemerintah. Jangan menempatkan diri sebagai oposisi, apalagi menjadi partai tukang kritik. Kritikan yang dilontarkan Partai Demokrat akan segera berbalik ke Partai Demokrat sendiri. Dan ini sudah pasti, karena ingatan buruk masyarakat tentang Partai Demokrat akan segera muncul.

Jika langkah ini diambil, masyarakat setidaknya akan melupakan keburukan Partai Demokrat di masa lalu, karena tidak ada yang mengungkit. Dan secara perlahan, Partai Demokrat akan turut  kecipratan aura positif Pak Jokowi yang dinilai masyarakat anti KKN, dan juga cepat bertindak. Beda dengan Pak Beye yang dinilai masyarakat (maaf) sebagai pemimpin peragu dan lamban. 

Kemudian, Partai Demokrat sudah waktunya sedikit bicara namun banyak bekerja, sehingga masyarakat bisa melihat bahwa ada upaya Partai Demokrat untuk memperbaiki diri. Tidak seperti sekarang ini dimana kita bisa melihat Partai Demokrat dan Pak Beye rajin bicara namun kurang bekerja. Apalagi, yang dibicarakan bukan merupakan solusi, namun hanya kritik dan upaya mencari-cari kesalahan pemerintah. 

Masyarakat tentu sudah jauh lebih lihai dalam menilai mana yang  lebih baik, apakah pemerintahannya Pak Beye atau Pak Jokowi, sehingga kritikan Partai Demokrat dan Pak Beye dinilai sebagai upaya menggurui masyarakat, dan masyarakat yang sudah pintar tentu tidak senang digurui.

Kembali ke peribahasa di atas, tentu masyarakat bisa kembali bersimpati terhadap Partai Demokrat dan Pak Beye, namun tentu hal itu memerlukan proses dan waktu. Hal itu tidak terjadi begitu saja, ada harga yang harus dibayar untuk itu, dan Partai Demokrat serta Pak Beye harus membayar harga itu jika ingin simpati yang sudah hilang kembali lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun