Entahlah jika bangsa kita memang sedang mencari dan menanti masalah. Kita ibaratnya sedang membesarkan ular berbisa di pekarangan rumah kita, dan membiarkannya bermain-main dengan anak-anak kita. Itulah kenyataannya, ketika bangsa kita tidak mampu bersikap tegas dengan membiarkan gerakan khilafah penentang Pancasila bermain-main dan terus berupaya memikat hati anak bangsa kita.Â
Tidak ada yang tersembunyi sebenarnya dengan gerakan mereka, lewat pengajian, bulletin tertulis, orasi ketika berdemo, mereka tak henti-hentinya menyuarakan upaya makar terhadap NKRI dengan seruan jihad guna mengubah demokrasi Pancasila dan NKRI menjadi khilafah yang akan dipimpin Khalifah.
Suatu sistem imaginer yang tidak ada, bahkan di negara Muslim sekalipun kita tidak menemukan itu, dan sangat tidak mungkin untuk bisa ada di dunia kita yang faktanya memang berbeda. Berbeda itu indah, berbeda itu membentuk harmoni. Itulah faktanya, dan itulah realitanya. Entahlah, bila ada yang beranggapan bahwa Sang Pencipta telah  keliru mencipta dunia sedemikian berbeda, kenapa tidak dibuat-NYA seragam saja, apa susahnya buat Dia?
Mungkin kita menganggap gerakan mereka belum berbahaya, apalagi mereka tidak bersenjata. Namun kita jangan lupa, senjata bukan hanya senapan, meriam dan bom. Untuk saat ini mereka berjuang bukan dengan senjata yang demikian. Akan tetapi, mereka terus melakukan penyusupan ke dalam segala aspek kehidupan masyarakat kita.
Kita membiarkan mereka mendoktrin kaum muda kita, dengan menyebut paham demokrasi yang kita anut adalah sesat. Di kampus-kampus, bahkan baru-baru ini kita bisa menyaksikan dengan lantangnya hal itu diserukan  oleh seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Universitasnya Indonesia. Belum lagi di tempat lain, baik dengan atau yang tidak dengan lantang disuarakan. Itulah bentuk infiltrasi yang telah berhasil mereka lakukan. Masihkah kita berupaya menyangkalnya?
Lantas, apakah kita harus mendiamkannya begitu saja?
Kita berangapan bahwa jumlah pengikut HTI dan simpatisannya masih sedikit. Akan tetapi, sedikit bukan berarti mereka tidak berkembang, mereka akan terus berjuang sampai merasa cukup kuat untuk memberontak terhadap NKRI guna mewujudkan apa yang menjadi cita-cita mereka, Negara Khilafah.
Tidak hanya dengan merekrut kader dan simpatisan, mereka juga terus berupaya mempengaruhi anak bangsa yang lain untuk setuju dengan sikap politik mereka. Dan kita sedang menyaksikan itu sekarang, saat kepentingan jangka pendek bisa menyatukan mereka, dan mereka pun kini berjalan beriringan.
Mereka bermain dengan isu sensitif, yang mudah memancing massa, lalu membangun opini bahwa sikap politik mereka selama ini sudah selayaknya diperjuangkan bersama-sama, karena merupakan kepentingan bersama.
Akhirnya, kita sesama anak bangsa bertengkar,  tidak lagi  merasa sama.Kita menjadi berbeda, padahal dulunya juga kita berbeda, namun kita selalu bersama, sama sebagai satu bangsa. Soal Gubernur DKI misalnya, kita sangat tahu bahwa HTI ada di belakang penolakan terhadap Ahok.
Bahkan jauh sebelum Ahok dilantik menjadi Gubernur DKI menggantikan Presiden Jokowi. Dan kita seakan lupa akan hal itu, padahal mereka terus memperjuangkan hal itu. Dan sekarang, sebagian dari anak bangsa kita ikut terpancing untuk memperjuangkan agenda mereka.