Bisa saja, Sri Mulyani, di hati kecilnya antara yakin dan tidak yakin mengerjakan tax amnesty ini, namun bisa dipastikan aura optimis Presiden Jokowi turut mengalir dan membuatnya terus bersemangat demi mencapai target paling maksimal dari apa yang sudah ditetapkan.
Ia semakin yakin bahwa bosnya kali ini berbeda dengan bosnya yang dulu, yang juga menempatkannya di posisi yang sama seperti saat ini. Dan, kita sangat bisa melihat bahwa Sri Mulyani tidak hanya memikirkan diri dan nama baiknya, namun lebih jauh ia juga melindungi bosnya ( Presiden) dengan tetap berjaga-jaga sekiranya hal buruk terjadi, sehingga defisit bisa diminimalkan dengan membuat pengaman yakni rasionalisasi anggaran yang sejak awal sudah diantisipasinya.
Inilah beda seorang Sri Mulyani dengan Agus Martowardojo. Memang, posisi dan tugas keduanya sangat berbeda, namun tidak ada salahnya jika Gubernur BI( ikut) membantu pemerintah untuk berhasil merealisasikan APBN. Atau, jika ia menganggap itu bukan urusannya, maka ada baiknya ia tidak membuat perkiraan yang bisa memicu kebingungan di masyarakat.
Setelah mencermati perkembangan tax amnesty selama dua bulan pertama, ia lalu membuat prediksi dengan kalkulator konservatifnya yang bernada pesimis, dan sangat bisa memacing keresahan masyarakat mengingat posisinya sebagai Gubernur BI.
Andai Pak Jokowi terpengaruh dengan pernyataan Agus Martowardojo, entahlah apa yang akan terjadi. Masyarakat khususnya pengusaha akan kehilangan kepercayaan kepada pemerintah (Presiden), dan tax amnesty pun akhirnya gagal seperti yang diprediksi Agus Martowardojo.
Padahal, Presiden merasa yakin dan berani mengeluarkan kebijakan ini hanya karena faktor trust semata. Tanpa adanya trust kepada presiden dari masyarakat, terutama pengusaha dan orang berduit, mustahil kebijakan ini bisa dilakukan.
Namun sangat disayangkan, Gubernur BI justru menggerogoti trust yang sudah dan terus dibangun oleh Presiden Jokowi dengan angka-angka kalkulator konservatifnya. Beruntunglah Pak Jokowi ditemani oleh Sri Mulyani, yang bahkan jauh-jauh hari sudah membuat langkah antisipasi sebelum Agus Martowardojo mengeluarkan prediksinya.
Ini juga bisa terjadi karena nama Sri Mulyani adalah trust, dan ia sangat tahu bahwa namanya merupakan garansi yang diberikan oleh Presiden kepada para pengusaha. Dengan trust yang melekat di nama Sri Mulyani, Pak Jokowi akhirnya mengabaikan Agus Martowardojo, dan berketetapan hati untuk terus membangun trust masyarakat khususnya para pengusaha yang sempat tergores akibat prediksi yang dibuat Gubernur BI.
Ketika artikel ini ditulis, dana tebusan yang terpampang di situs Dirjen Pajak sudah menunjukkan angka 76 triliun, atau 4 kali lebih besar dari jumlah yang tertera di kalkulatornya Gubernur BI. Tidak tertutup kemungkinan, angka itu akan mencapai 5 kali, bahkan lebih, ketika periode pertama tax amnesty berakhir.
Sepertinya, ada baiknya Gubernur BI segera mengganti kalkulatornya, atau Presiden yang akan memberikan kalkulator baru untuk BI.
Keputusan Presiden Jokowi memanggil pulang Sri Mulyani merupakan keputusan terbaiknya dalam hal reshuffle. Bukan hanya mendapatkan seorang Menkeu yang pernah hilang, namun juga mendapatkan kembali trust yang hampir terbuang.