Menikah hendaknya dengan orang yang sepadan yang saling menyukai dan pantas untuk kedua pihak, mengasihi dan dikasihi. Itu merupakan hak yang harus ada pada setiap wanita, apalagi seorang remaja atau anak gadis yang masih bersekolah. Bukan karena terpaksa harus mencintai seseorang karena tekanan, baik itu nyata maupun terselubung.
Demikian juga dengan istri tua, baik istri pertama, kedua, dan yang berikutnya. Sangat bisa ia hanya berupaya tegar karena memang tak punya pilihan. Jika menolak dimadu, bisa saja akan diceraikan, dan  belum tentu sanggup hidup menjanda. Menyetujui apalagi, mana ada sih wanita yang mau dimadu? Jika anda tidak percaya, lihatlah wajah ibu, anak, atau saudari kita. Kita pasti akan tahu apa jawabnya.
Jadi, bila ada lelaki yang bangga karena bisa mendapatkan persetujuan istrinya untuk menikah lagi, bahkan istrinya konon bisa selalu tersenyum di depan para undangan saat pernikahan suaminya, maka sesungguhnya itu merupakan suatu bentuk pengingkaran terhadap harkat dan perasaan seorang wanita.
Tidak ada wanita yang mau dimadu! Jika tidak percaya, lihatlah wajah ibu, anak, atau saudari perempuan kita! Mereka tidak akan pernah berdusta sebagaimana lirik lagu Agel Pfaff berikut:
Reff:
Tapi setelah diri berkorban seutuhnya untukmu
Tega kau lakukan itu, tinggal serumah dengan yang lain
Jangankan diriku, semua pun kan marah
Wanita mana yang mau dimadu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H