Sekitar 2 minggu lalu, saya dikirimi teman flyer selebaran tentang penyelenggaraan Sumsel Run 2024. Tanpa banyak mikir, saya langsung daftar, apalagi di flyer tersebut diinformasikan jika 500 pendaftar pertama saja yang akan mendapatkan jersey.
Saya sih nothing to lose, kalau dapet ya alhamdulillah, kalau nggak kan tetap bisa ikutan ajang larinya. Semua informasi tentang pelaksanaan ajang ini mulanya diinformasikan di WAG. Tapi karena jumlah peserta membludak, maka dipindahkan ke saluran WA yang bisa "menampung" lebih banyak orang.
Menjelang pelaksanaan, masih belum jelas siapa saja 500 orang yang beruntung mendapatkan jersey. Jadwal pengambilan BIB juga masih buram. Udah banyak yang protes di akun IG @sumsel.run (mengingat di saluran WA gak bisa kasih komentar).
Dan, ketika jadwal pengambilan jersey sudah ditetapkan, saya sudah merasa ajang ini kurang persiapan dan ditangani dengan baik. Beberapa indikasinya antara lain:
Pengumuman 500 Peraih Jersey yang Ribet
"Tolong panitia fair, jangan sampe 500 orang ini adalah orang dalam," kata salah satu netizen yang komentar di IG. Salah satu panitia merespon dengan, "tenang saja, kami akan mengambil dari siapa yang paling duluan mengisi form pendaftaran."
Herannya, alih-alih mengumumkan dengan cara membuat daftar dan menginformasikannya ke Saluran WA, panitia menempuh dengan cara: mengontak 500 orang ini lewat WA dan meminta mereka masuk ke WAG.
Kebayang gak sih energi panitianya belum apa-apa udah terkuras buat ngontak 500 orang dan memastikan mereka join WAG Jerseynya?
Sisi lainnya, tak menyangka juga bahwa saya salah satu orang yang berhasil mendapatkan jersey tersebut. Saat saya join WAGnya, masih banyak orang yang belum gabung di WAGnya, ntah WAnya keselip atau gimana saya gak paham.
Panitia Tidak Peduli dengan Keamanan Data
Begitu masuk di WAG, panitia membagikan file yang berisi 500 orang penerima jersey berikut alamat email mereka dan juga nomor telepon mereka. Saya yang pertama kali lihat daftar ini langsung tepok jidat. "Waduh, kebayang salah satu dari 500 orang ini menjual data ini ke scammer. Pasti kami-kami jadi sasaran empuk!"