"Iya, tapi kau tidak bisa pulang ke rumahmu sendiri!"
Ketika ditanyai kepala stasiun, Phool tak ingat nama kereta yang ia naiki. Bahkan ia tak tahu ia berasal dari stasiun apa dan tak mampu menyebutkan nama desanya.
"Ya sudah, kau harus lapor polisi," ujar kepala stasiun.
"Suamiku bilang, aku harus berhati-hati terhadap orang jahat. Dan, suamiku juga bilang orang kedua yang harus aku hindari adalah polisi," sahutnya lugu.
Benar saja, tak mudah bagi Deepak untuk membuat laporan. Belum apa-apa polisi sudah minta uang muka sebesar 15 ribu rupee (sekitar 3 juta rupiah). Jika kemudian Deepak hanya mampu memberikan 1/3nya, untungnya polisi mau membuatkan laporan.
Pushpa Rani juga diterima baik di kediaman keluarga Deepak. Ia diberikan tempat tidur yang layak, makanan yang cukup dan perlakuan yang ramah walaupun keluarga Deepak awalnya syok dengan kehadirannya.
Namun, belakangan Puspha menunjukkan gelagat mencurigakan. Ia memiliki ponsel dan menyimpan setumpuk perhiasan. Dengan ponsel tersebut, harusnya Puspha dengan mudah menghubungi keluarga dan suaminya, bukan? tapi herannya, Puspha memberikan no telepon yang salah kepada Deepak dan keluarganya.
Apa yang kemudian terjadi? dan apakah Deepak akan menemukan Phool, istri yang ia sayangi?
* * *
Wah film yang luar biasa!
India lagi-lagi kasih lihat jika tema sederhana dapat diramu dan dihadirkan sedemikian apiknya lewat Laapataa Ladies aka Lost ladies ini. Beberapa waktu lalu saya sempat nonton film Toilet: Ek Prem Katha (2017) yang mengangkat isu kehadiran toilet di rumah-rumah di India.