Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Barbarnya PLN Palembang Saat Melakukan Pemutusan Aliran Listrik

5 Juli 2023   15:19 Diperbarui: 18 Juli 2023   17:14 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanggal 2 Juli saya tanya di twitter. Tapi tidak ada tanggapan. Dokpri.

Video yang ditwitkan itu sampai saya menuliskan ini masih disematkan oleh akun @pln_123 jadi jelas jika informasi itu masih valid. Ketentuan itulah yang harusnya diterapkan oleh PLN di seluruh Indonesia.

Lantas, kenapa listrik di rumah uwak dan tetangga saya yang bahkan belum masuk bulan baru (jelas keterlambatan masih < 3 bulan) tapi meterannya sudah dibongkar? Apakah PLN pusat memberikan kewenangan penuh kepada PLN daerah untuk melanggar ketentuan kantor pusat sehingga PLN daerah (dalam hal ini PLN Palembang) dapat membongkar meteran jauh sebelum limit toleransi waktu yang ditetapkan sebelumnya?

SITUASI IDEAL YANG TAK SAMA

Siapa sih orang di dunia ini yang mau menunggak pembayaran PLN? Oke, katakanlah memang ada orang-orang yang terbiasa abai sama kewajiban. Namun, rasanya, sebagian besar orang tentu saja ingin dapat membayar listrik tepat waktu.

Bagi sebagian pembaca mungkin berfikir, "ya udahlah ya, kalau gak mau meteran dibongkar bayar jangan sampai lewat tanggal 20, apa susahnya sih?"

Piuh, andai hidup semua orang dapat seideal itu. Bagi si A, saat anak merengek minta dibelikan ayam goreng keluaran resto jaringan internasional mungkin sudah termasuk situasi genting sehingga harus segera dibelikan. Ya, anak disayang-sayang, pengen makan ayam goreng impor dan duit ada, beli ajalah, apa susahnya?

Masyarakat tak mampu di Muara Angke kayak gini harus jadi perhatian toleransi PLN. Sumber Kompas.com
Masyarakat tak mampu di Muara Angke kayak gini harus jadi perhatian toleransi PLN. Sumber Kompas.com

Tapi bagi sebagian keluarga lain nggak begitu. Anak sudah terbiasa memendam keinginan. Boro-boro ingin makan ayam goreng, di rumah tersedia nasi dengan lauk tempe dan tahu saja sudah bersyukur. Sungguh, saya masih melihat banyak orang-orang susah yang situasi keuangannya seperti itu.

Saat didatangi oleh orang yang ingin melakukan pembayaran, sebagian besar dari mereka datang sambil berkeluh kesah. Betapa susahnya situasi ekonomi sekarang. Jualan sepi. Anak butuh biaya ini itu.

Ada juga yang mengeluhkan kesulitan bayar PLN di tanggal 20 karena gajiannya baru tanggal 25 atau akhir pekan (sayangnya tanggal 20 jatuh di awal minggu).

Saat mendengar keluh kesah itu saya hanya hanya menyimak. Jujur, sempat juga terbersit pikiran, "ya kalau gajian tanggal 25, siapinlah duitnya untuk bayar listrik bulan depan. Jadi gak harus nunggu gajian selanjutnya. Keburu dapat surat cinta dari PLN dan ancaman meteran dibongkar."

Sumber goalcast.com
Sumber goalcast.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun