Saya sih kepikiran ya, si pembuat twit dapat dikontak, dihire secara baik (dan tentu saja dibayar secara pantas), untuk diajakin kolaborasi. Bisa dengan bikin konten bareng, bikin video, atau bahkan iklan, gimana caranya perusahaan ini bisa bikin pengunjung seneng.
Keterangan video youtube: Tak sedikit yang menganggap aksi fashion show jalanan itu mengganggu. Di tangan yang tepat, mereka malah diajak kolaborasi di panggung fashion show betulan.
Ya, diajakin ngeracik minuman sendiri, trus dibuat klasifikasi tingkat kemanisannya, dsb. Jadi, untuk minuman jenis yang sama, bisa dibikin 2 atau 3 tingkatan manisnya. Ya sama kayak kalau kita beli steak-lah. Dagingnya sama, cuma tingkat kematangannya dapat disesuaikan dengan keinginan pembeli.
Kalau si pembuat twit tidak berkenan diajakin kerjasama (ntah karena udah kadung malu, udah maki-maki eh malah dibaikin), ya bisa ajak calon pembeli lain. Atau emang bikin video dengan jasa pembuat video profesional.
Intinya, bisa bangetlah kritikan (yang dibalut cacian) itu dapat dibalikkan untuk dijadikan amunisi oleh perusahaan. Tinggal kreatifitas timnya aja yang harus dimaksimalkan. Lagian, sangat mungkin loh ada orang yang tadinya gak tahu sama perusahaan minuman ini karena viral maka jadi penasaran dan ingin buktikan langsung, "apa iya minuman ini manisnya setara gula 3 kg?"
Pelajaran di Balik Kejadian Ini
Ada banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran dari kasus ini tergantung sudut pandang mana. Di Twitter, ada tuh yang kasih info kalau satu minuman di perusahaan itu rupanya mengandung 31 gram gula atau setara 7,75 sendok teh gula!Â
Jelas ini jumlah yang besar. Dari segi kesehatan juga gak bagus sebab dapat menyebabkan obesitas dan penyakit penyerta lainnya. Di sisi ini, mulai banyak juga yang sudah aware bahayanya minuman manis.
Dari sisi pengguna sosial media, kita juga disadarkan lagi bahwa harus bijak menyampaikan uneg-uneg di sosmed itu.
Kritik boleh, tapi sampaikan dengan cara yang baik. Bagi sebagian orang, mungkin menggunakan kata "anjing" atau "tai" itu biasa (apalagi kalau konteksnya bicara langsung).
Tapi gak semua orang dapat menerima kata itu sebagai ekspresi lebay dan menganggap itu sebagai hinaan. Maka, biasakan untuk menyampaikan kritikan kata-kata yang sopan, ya!