Rasanya masih lekat di ingatan kita tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 yang menewaskan 189 orang di mana 181 diantaranya adalah penumpang. Pesawat dengan rute Jakarta ke Pangkal Pinang itu jatuh di sekitaran Tanjung Pakis, Karawang setelah kurang lebih 11 menit mengudara.
Ada apa?
Mulanya, kesalahan pilot dianggap sebagai penyebab utama tragedi itu. Apalagi mengingat cuaca di Senin, 29 Oktober 2018 itu cerah. Pesawat Boeng 737-8 (MAX) yang mengangkut seluruh penumpang dan awak kapal pun tergolong muda. Baru 5 bulan beroprasi.
Film ini dibuka dengan wawancara tim produksi film dengan Garima Sethi, istri dari Bhavye Suneja, pilot pesawat naas tersebut. Saat media berspekulasi jika kemungkinann kecelakaan besar itu disebabkan kelalaian pilot, jelas Garmia tidak menerimanya.
"Suamiku adalah pilot yang berpengalaman dan selalu mengutamakan keselamatan."
Saat Flight Data Recorder (FDR) ditemukan pada 1 November 2018, dan Cockpit Voice Recorder (CVR) ditemukan pada 14 Januari 2019. Hampir setahun berselang, tepatnya di tanggal 25 Oktober 2019, KNKT merilis temuan mereka mengenai delapan kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan. Salah satunya respon pilot terhadap MCAS, sistem baru di pesawat Boeing 737-8 (MAX).
SISTEM BARU YANG TAK PERNAH DIINFORMASIKANÂ
Untuk dapat bersaing dengan perusahaan Airbus, Boeing (niatnya) menyempurnakan seri 737 dengan efisiensi bahan bakar yang lebih bagus. Secara sederhana, mesin pesawat dibuat lebih besar dan posisinya dibuat lebih tinggi dari tipe Boeing 737 lainnya. Seri baru yang disebut MAX inilah yang dipakai oleh Lion Air JT610.
Nah, dengan posisi mesin yang baru ini, diciptakanlah sistem MCAS ini di mana, jika posisi pesawat terlalu condong ke belakang, maka secara otomatis sensor MCAS ini akan membuat hidung pesawat turun sendiri. Nah, sistem MCAS di JT610 mengalami kerusakan sehingga menimbulkan "alarm palsu" yang mengindikasikan bahaya jika posisi ekor terlalu ke bawah sehingga secara otomatis MCAS akan "mengambil alih" pesawat dan membuat hidung pilot menuju ke arah bawah.