[Spoiler rate: 100%]
Sebagai kepala KCIA/Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, tentu saja hubungan Kim Kyu-Pyeong (Lee Byung-Hun) dan Presiden Park (Lee Sung-min) tergolong dekat. Apalagi, keduanya bersama-sama terlibat dalam penggulingan presiden sebelumnya/kudeta dengan semangat membawa perubahan bagi Korea Selatan.
Presiden Park memang berjasa melakukan modernisasi terhadap Korea Selatan. Di bawah kepemimpinannya sebagai presiden yang berlangsung selama 18 tahun, pembangunan di Korea Selatan berlangsung pesat. Sayangnya, lama kelamaan Presiden Park mulai melenceng. Dia melakukan korupsi dan menjalankan pemerintahaan secara otoriter.
Hubungan Presiden Park dan Kim mulai mengendur saat Kim mulai mengabaikan perintah yang dianggap menciderai semangat revolusi yang sebelumnya mereka bangun bersama.
Misalnya saja, saat Kim diminta untuk membunuh Park Yong-gak (Kwak Do-won) yang dianggap sebagai pengkhianat Korea Selatan hanya karena Park Yong memegang bukti korupsi yang dilakukan oleh Presiden Park.
Selain itu, ada pula kepala keamanan presiden Jeon Du-Hyeo (Seo Hyun-Woo) si penjilat yang sering menjelek-jelekkan Kim dari belakang.
Dari sini, ada perasaan cemburu yang dirasakan oleh Kim, yakni ketika dia yang sebelumnya dekat dengan presiden --bahkan digadang-gadangkan bakal jadi pengganti Presiden Park jika nanti lengser, perlahan dijauhi oleh Presiden Park sendiri karena ketidak cocokan di antara mereka yang semakin kuat terasa.
Presiden Park memang kemudian terbunuh oleh Kim. Namun, yang menarik dari film berdurasi hampir 2 jam ini ialah, bagaimana sutradara Woo Min-ho menampilkan 40 hari terakhir Presiden Park sebelum kemudian dia terbunuh pada tanggal 26 Oktober 1979.