Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Iyul "Kemasukan" Siluman Harimau

30 Oktober 2021   14:10 Diperbarui: 1 November 2021   01:01 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggap aja wujud Siluman Harimaunya kayak gini wakakak. Source image Nasional Tempo

Tak lama semua anggota keluarga muncul. Iyul didudukkan, tapi ia masih saja menjerit-jerit dan tertawa yang... saya sampai susah mendeskripsikannya. Gabungan antara tawa bahagia, tawa merana dan tawa yang super mengerikan.

"Iyul kesurupan," ujar ibu pelan.

Semua orang bergerak cepat. Sepupu saya membantu ibu memegang tangannya. Kakak perempuan menjaga adik. Bokap langsung keluar rumah, mencari tetangga yang dirasa mampu menolong. Saya? Menonton aja dari dekat sambil ngebayangin segala adegan serem di film Suzana yang pernah saya tonton.

Kami tinggal di kampung kecil yang ibaratnya kalau tetangga beli duren tuh satu kampung ikut kebauan hehe. Makanya, kejadian Iyul yang kemasukan ini dengan cepat tersebar. Puluhan (atau bahkan ratusan) orang berkumpul. Ada yang ikutan masuk ke rumah, ada juga yang hanya kebagian intip dari jendela. Oh ya, ibunya Iyul juga hadir.

"Dia tadi pulang ke rumah emang udah kayak orang bengong. Diajak ngomong diem aja," ujar ibunya Iyul cemas.

Tak lama, salah satu tetangga yang dianggap sesepuh datang. Namanya Pak Usman. Selain bekerja sebagai guru agama, dia juga pengurus masjid. Dalam kejadian Iyul ini, Pak Usman inilah jagoannya.

Saat menemui Iyul, Pak Usman tersenyum dan bergumam pelan, "wah mau ganggu ketentraman kampung ya kamu," ujarnya. Mendengar itu Iyul melotot tajam ke arah Pak Usman. Mungkin setan yang ada di tubuh Iyul juga udah ngebatin, "mayday mayday mayday."

Pak Usman bacain doa-doa yang puanjang banget. Ntah doa apa. Yang jelas bukan doa allahuma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannar --setel calm face. Yang jelas, semakin doa diucapkan lantang, semakin heboh pula si Iyul menjerit. Dan, endingnya... Iyul sadar.

Dia lemas dan bengong di hadapannya ada banyak orang. "Loh ngapain ini?" katanya.

Tak lama dia diceritakan singkat soal apa yang terjadi. Iyul berseloroh, "tadi pas mau masuk ke rumah, aku denger ada yang manggil dari arah garasi. Aku kira yang manggil Mang Cik (panggilan dia terhadap ayahku), makanya aku deketin."

Kami mendengar dengan saksama. "Setelah dicek kok gak ada orang. Ya udah aku masuk ke rumah. Nah begitu sampe pintu dapur, aku kayak terjatuh gitu dan berdiri lagi. Eh, sampe ruang makan, jatuh lagi dan gak inget apa-apa lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun