Saat melihat pengumuman perolehan K-Rewards bulan Agustus yang diumumkan di minggu pertama September lalu, saya tercengang. Tidak menyangka jika perolehan Kompasianers (K-ers) dari menulis di Kompasiana ternyata bisa sebesar itu angkanya.Â
Reaksi pertama, saya kaget dan takjub. Reaksi kedua, saya sirik! Haha. Dan ini sungguh manusiawi rasanya. Dan, reaksi ketiga, saya termotivasi untuk menjajal kesempatan yang sama.
Namun, berhubung saat itu udah jalan minggu pertama bulan September, saya merasa sudah kalah start. Makanya, saya berencana mengatur strategi dan niatnya akan saya terapkan di bulan Oktober ini.Â
Ada beberapa tema yang sudah ada di benak saya bertahun lamanya namun tidak juga saya eksekusi dalam sebuah tulisan karena: malas. Memang bagus K-Rewards ini untuk memotivasi K-ers biar lebih giat nulis.
Satu hal yang saya sesalkan saat melihat pengumuman perolehan K-Rewards bulan Agustus itu. Yakni, saya tidak mengecek profil para K-ers yang meraih posisi puncak (setidaknya beberapa posisi teratas yang nominal pendapatannya luar biasa). Saya tidak mau terdistraksi dan lebih memilih fokus merencanakan tulisan apa saja yang ingin saya angkat di bulan Oktober ini.
Rabu, 29 September 2021, saya mendapatkan pesan singkat dari seorang teman yang juga Kompasianer. Singkatnya, dia bertanya apakah saya mengetahui trik/rahasia yang digunakan oleh salah satu kompasianer yang namanya masuk ke dalam daftar penerima K-Rewards Agustus itu. Saat ditanya, spontan saya menjawab tidak tahu.Â
Mestinya dia mendapatkan K-Rewards fantastis karena tulisannya bagus atau tema yang diangkat unik, bukan? Itu satu-satunya alasan yang terbersit spontan di kepala saya.
Tapi saat teman ini bilang dalam satu tulisan minimal viewersnya 10 ribu, tak ayal mencuatkan rasa penasaran. Seketika saya langsung cek profil kompasianer-kompasianer tersebut, dan wow, rata-rata tulisan yang dia buat "dibaca" oleh setidak-tidaknya 30 ribuan orang bahkan ada yang tembus 70 ribu viewers.Â
Pantas saja jika K-Rewards yang dia dapat gede banget. Nilai yang kalau saya bandingkan dengan UMR Kota Palembang, itu hampir tembus 3 kali lipatnya. Emejing!