[Spoiler rate: 20-30%]
Di konter penjualan tiket yang ada di Bandar Udara Brussels, seorang pria Italia -Terenzio (Stefano Cassetti) tampak panik dan terburu-buru memesan tiket secara acak ke manapun destinasinya asal tempat itu berada di barat.
Petugas menginformasikan jika yang tersisa hanya tiket kelas utama. Tiket seharga 4000-an euro itu dia bayar dengan cepat. Setelah dibeli, rasa cemasnya tak juga reda sebab keberangkatan pesawat itu masih lama.
Entah apa yang terjadi, Terenzio semakin panik dan merebut senjata petugas bandara. Dia berlari menuju sebuah garbarata tempat sebuah pesawat terparkir. Baru sebagian orang yang berhasil menaiki pesawat saat itu. Namun, Terenzio memaksa agar pesawat segera diberangkatkan.
Hanya ada satu pilot yang stand by, yakni Mathieu (Laurent Capelluto). "Untungnya" di antara penumpang ada Sylvie (Pauline Etienne) yang pernah bekerja sebagai pilot helikopter di AU. Jadilah dia "diberdayakan" untuk menerbangkan pesawat komersil itu, sejauh mungkin ke arah barat.
Ada apa sebenarnya?
Terenzio yang bekerja di NATO rupanya mengetahui sebuah fakta bahwa matahari bergejolak dan dapat membunuh manusia. Sesaat sebelum berangkat, di TV sudah ditayangkan berita banyak orang tewas di Asia (di mana matahari terbit lebih cepat).
Banyak ketegangan yang terjadi selama di penerbangan. Terenzio yang memegang senjata bersikap implusif dan membahayakan. Belum lagi masalah teknis di pesawat seperti kehabisan bahan bakar, kerusakan perangkat audio (sehingga tidak terhubung di menara pemantau di bandara), dan juga ancaman kelaparan bagi para penumpang.
Mereka bertahan dengan mencari bandara yang sekiranya dapat memperpanjang perjalanan mereka selanjutnya dalam menghindari matahari. Gak sepenuhnya mudah, sebab, halangan dan rintangan yang mereka temui di bandara-bandara itu harus mereka hadapi di tengah perbedaan pendapat yang ada.
* * *