Ara melangkahkan kakinya dengan cepat sehabis pulang sekolah. Ingin ia segera sampai di rumah dan menemui mamanya. Sepanjang perjalanan, ia teringat omongan Heni, kawan sebangkunya.
"Aku dikasih uang Rp.10.000 setiap hari jika bisa berpuasa penuh," ujar Heni.
Ara kesal. Ini tahun keduanya ia berpuasa. Tahun lalu, saat masih duduk di kelas 1 SD, Ara hanya sanggup puasa setengah hari. Nah, di tahun ini, Ara diminta kuat berpuasa penuh. "Kan, Ara sudah besar," begitu kata mama.
Begitu sampai di rumah, terlihat mama sedang duduk di depan TV sambil menjahit pakaian. Ya, mama Ara adalah penjahit baju. Walaupun bukan penjahit terkenal, mama Ara terkenal jago membuatkan baju untuk para tetangga.
"Assalamualaikum," sahut Ara dengan nada datar.
"Waalaikumsalam. Alhamdulillah anak mama sudah pulang. Gimana puasanya sayang, masih kuat, kan?" tanya mama sambil menyambut Ara.
Ara diam saja. Tak lama, Ara berkata, "Ma, Ara mau batalkan saja puasa hari ini."
"Oh kenapa? Ara tidak kuat? Ara sakit?" tanya mama khawatir.
Mendengar itu, Ara kembali diam. Dia sebetulnya masih kuat. Toh, sudah seminggu belakangan Ara selalu puasa penuh. Dia hanya kesal karena mama tidak memberinya uang seperti mamanya Heni.
"Ara mau puasa penuh asal mama kasih uang sepuluh ribu seperti Heni," ujar Ara pelan.