Indonesia itu luas dan memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud hingga Pulau Rote.
Ulama besar Imam Syafii pun pernah berkata bahwa, "orang yang berilmu dan beradab, tidak akan tinggal diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang".
Persiapan & Bekal Merantau
Saat pertama kali merantau usia penulis masih belia, kala itu. Selepas SMA untuk mendaftar dan mengikuti serangkaian seleksi penerimaan mahasiswa baru (sipenmaru) di kota Semarang.Â
Hanya berbekal tekad tanpa persiapan apapun termasuk persiapan belajar maupun mengikuti bimbel, dan hasilnya tentu saja tak diterima sipenmaru di PTN manapun.
Sipenmaru, sebutan seleksi maba PTN kisaran akhir tahun 1980-an, jadul banget dan telah tuwir abis.
Namun tidak dengan anak-anak yang baru saja celebration kelulusan SMA dengan saling tukar menukar cinderamata/kado pas di acara wisuda, tanpa semprot pilox dan meraung-raungkan motor keliling kota seperti kala penulis muda dulu.
Zaman telah berganti dan persiapan serta bekal merantau anak-anak sekarangpun telah dipersiapkan secara matang.Â
Tahun ini, anak ragil yang sebelumnya telah diterima di PTN pilihan di kota berhawa sejuk Malang melalui jalur undangan/ SNBP atau zaman dulu sering disebut jalur PMDK, tanpa ikut test UTBK yang bikin stres kami sekeluarga seperti kejadian di era kakaknya di tiga tahun yang lalu.
Segala persiapan dan bekal merantaupun telah di tata kelola sendiri, dari mencari tempat kost, segala kebutuhan masa orientasi kampus, observasi wilayah khususnya kota Malang dan sekitarnya.
Sambil menunggu bulan Agustus tiba dan masa orientasi kampus digelar, melalui dunia maya, dia si anak ragil kami mulai belajar memahami budaya dan adat istiadat lokal, tentang ciri bahasa dan logat khasnya, tak lupa juga menu kuliner Malang Raya.