Kampung di Komplek PerumahanÂ
Kampung yang dulu dikonotasikan sebagai kumpulan dari beberapa rumah tangga yang membentuk sebuah desa kecil, yang masih terasa longgar luas tanahnya di alam pedesaan.Â
Kampung kota berada di perkotaan yang terasa berhimpit -himpitan nan sumpek, dengan gang sempit dan tali jemuran yang kadang menjuntai menampar setiap orang yang melewatinya.Â
Kampung di komplek perumahan dengan  luas tanah yang tak lebih dari enam puluh sekian meter persegi dengan lebar maksimal hanya lima meteran.Â
Kebanyakan mereka merupakan kaum urban, yang mencoba mengadu nasib keberuntungan.
Lantas bagaimana kampung di sebuah komplek perumahan?Â
Kampung di komplek perumahan telah tertata rapi bagai asrama tentara, awalnya dihiasi oleh jalan aspal nan mulus dan tiang lampu jalan sebagai penerangan.Â
Dikarenakan aspal pelapis jalan yang ala kadarnya sehingga pada musim penghujan di tahun pertama, sang jalan mulai menampakkan wajah aslinya.Â
Rumah di sebuah kampung di komplek perumahan, karena keterbatasan lahan, ruang tamu jadi ruang keluarga atau kamar tidur dan teras menjadi ruang serbaguna, untuk menerima tamu, untuk mencuci baju dan dapat berfungsi sebagai jemuran baju.Â
Semua kegiatan serba di depan, bahkan dapurpun terkadang juga berada di teras rumah, sembari sang nyonya rumah berkeluh kesah tentang gerahnya udara di dalam rumah, panasnya terik matahari, tentang dinding-dinding rumah yang mulai mengelupas bahkan retak.Â
Tentang suaminya yang pulang kerja malam namun penghasilannya tetap saja pas-pasan, tentang tetangga baru yang sok ‘jaim’, tentang tetangga sebelah yang baru saja membeli peralatan rumah tangga elektronik, tentang tetangga sebelah yang punya ‘ponsel’ baru dengan tipe standart, dan tentang tetangga yang paling awal menempati rumah di komplek perumahan sehingga merasa berjasa bak pahlawan kesiangan.