Petugas Jaga Perumahan
Dua puluh tahun silam daerah yang hingga sekarang ditempati masih serem karena hampir setiap malam dan siang di waktu tertentu terjadi pencurian terutama barang-barang elektro semacam televisi, tape recorder, cd/dvd player, salon sound dan peralatan elektro lainnya, bahkan kulkaspun sempat jadi barang incaran pencuri.
Seperti pada umumnya sebuah perumahan baru, tetangga masih belum banyak dan tenaga keamanan masih mengandalkan giliran jaga penghuni/warga. Namun cara ini tak sepenuhnya efektif karena seperti yang diketahui bersama mereka adalah warga yang berangkat bekerja di pagi hari dan beranjak pulang sore bahkan ada beberapa yang pulang hingga larut. Konsep jaga bergiliran pun hanya diatas kertas sebab faktanya mereka seringkali hanya pindah tempat tidur, dari yang seharusnya tidur di rumah karena dapat giliran jaga maka mereka dengan niat berangkat jaga tetapi telah kecapaian seharian jatuhnya hanya pindah lokasi istirahat di pos jaga.
Kelengahan ini dibaca oleh para pelaku kriminal sehingga meski dijaga seringkali tindak pencurian lolos dari pantauan.
Selang beberapa tahun kemudian rumah-rumah telah rapat dihuni dan kebijakan pengurus wilayah menetapkan penjagaan bergilir oleh warga diganti oleh petugas jaga yang di upah dari hasil swakelola alias iuran warga.
Alhasil para penghuni semakin jarang berinteraksi satu sama lain disebabkan kesibukan masing-masing, wargapun saling memaklumi. Hanya sesekali bertemu saat ada acara peringatan keagamaan atau hari besar lainnya. Sedangkan rapat warga seringkali diselenggarakan secara daring atau melalui online di google meet atau zoom meeting.
Petugas jaga perumahan, dibayar oleh warga hasil dari swakelola iuran, mempunyai tugas yang berat. Dalam rentang antara pukul 21.00 hingga berkumandangnya adzan shubuh atau sekitar pukul 04.00 lebih. Mereka berkeliling ke seluruh penjuru perumahan dalam satu wilayah area yang menjadi tanggungjawabnya. Memastikan lingkungan dalam keadaan aman dan terkendali. Tugas tanggungjawab ini dilakukan sepanjang malam di setiap hari baik saat musim kemarau maupun ketika datangnya musim penghujan, meski terkadang hujan mengguyur di waktu malam hari.
Demi memanusiakan mereka, diperbaikilah pos jaga yang sudah lama didirikan agar dapat disebut layak, terutama jika hujan datang mereka terhindar dari terkena siraman air yang datangnya dari langit. Sosok mereka disertai dengan peralatan lengkap layaknya petugas jaga.
Petugas jaga tidak diambilkan dari petugas jaga seperti satpam yang bersertifikasi dan telah lolos dari pendidikan yang diadakan oleh aparat berwajib. Rekrutmen berdasarkan dari penawaran kepada siapapun yang bersedia menjadi petugas jaga tanpa seleksi yang detail seperti pada umumnya petugas jaga yang berasal dari satpam. Sebab lain ya karena keterbatasan anggaran untuk mengkontrak satpam beneran.
Berbeda dengan komplek perumahan cluster yang sedari awal disetting menjadi hunian one gate system, dari awal rekrutmen petugas jaga berasal dari satpam yang bersertifikasi sebagai petugas keamanan yang diterbitkan oleh aparat berwajib. Upahnyapun rata-rata sudah diatas Upah Minimum Regional. Mereka profesional memiliki SOP (standart operasional perusahaan) dalam bekerja.