Workshop penyusunan buku ajar dan pengayaan baru saja usai di dunia nyata. Kami melaksanakannya di SDN 09 Talang Babungo, Kecamatan Hilir Gumantri, Solok, Sumatera Barat.Â
Hampir semua peserta sudah kembali ke rumah masing masing. Namun belajar di dunia maya belumlah usai. Sebab kita punya pekerjaan rumah untuk menulis dan menerbitkan buku bersama. Omjay menyebutnya buku keroyokan.
Setiap guru mengirimkan sebuah artikel minimal dua lembar dan boleh lebih. Bila ada 100 orang guru yang mengumpulkannya, maka akan ada sekitar 200 halaman yang bisa diterbitkan menjadi buku yang menginspirasi.
Kuncinya hanya satu. Anda harus fokus dan mulai duduk sebentar untuk menulis. Mulailah dari alinea menyapa pembaca lalu sedikit demi sedikit menuangkan ide-ide segar anda ke dalam bentuk tulisan.Â
Kalau sudah 700 kata anda boleh berhenti dan membuat alinea penutupan. Namun bila anda merasakan ingin terus berlanjut, paksa pembaca dengan tulisan anda yang menarik dan memikat hati.
Tujuan guru membuat buku agar ilmu yang dimilikinya sampai di hati pembaca. Mereka mendapatkan pencerahan baru dari apa yang telah dibacanya. Buku adalah mahkota seorang penulis yang sangat berharga.
Kemampuan menulis guru harus terus diasah dengan banyak berlatih menulis. Tak ada penulis yang bagus kalau dia tak rakus membaca. Membaca adalah kunci kalau ingin bisa menulis.
Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Perbanyak membaca agar anda tak kehilangan ide dalam menulis. Rajin membaca akan membuatmu pandai menulis, dan jarang membaca akan membuat engkau lumpuh dalam menulis.
Menulis tanpa ide bisa saja terjadi dalam diri anda. Kalau sudah begitu mulailah melihat sekeliling anda. Tulis satu persatu benda yang ada dihadapan anda. Misalnya ada buku, pulpen, pensil, penghapus, tempat minum, dan lain-lain.
Misalnya sekarang ada meja, kursi, kipas angin, tas, laptop, buku dan lain lain. Lalu kembangkan nama benda benda itu menjadi sebuah kalimat yang saling terkait.