Hari-hari berlalu, dan Aji terus berusaha belajar dengan giat. Ia bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di balik semangatnya, selalu ada rasa syukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan.Â
Dia sering berdoa, "Tuhan, izinkan aku berterima kasih atas semua yang Kau berikan. Aku ingin berbagi kebahagiaan ini dengan orang lain."
Suatu ketika, saat Aji sedang mengikuti lomba sains di sekolah, ia terkejut saat namanya dipanggil sebagai pemenang. Hadiah yang ia terima adalah beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas yang lebih baik.Â
Aji hampir tidak bisa mempercayainya. Ia berlari pulang dengan perasaan bahagia dan rasa syukur yang mendalam.
Selama di sekolah menengah atas, Aji semakin giat belajar. Ia tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Aji selalu merasa bahwa kesuksesannya tidak lepas dari doa dan dukungan orang-orang di sekitarnya.Â
DIa berusaha agar bisa membantu teman-teman yang kurang mampu, memberikan bimbingan belajar, dan menyisihkan sebagian uang saku untuk sumbangan.
Suatu malam, saat Aji berdoa, ia kembali mengucapkan, "Tuhan, izinkan aku berterima kasih. Aku ingin menjadi alat-Mu untuk membantu sesama."
Beberapa tahun kemudian, Aji berhasil meraih gelar sarjana dengan predikat cum laude. Ia mendapatkan pekerjaan di sebuah lembaga nonprofit yang fokus pada pendidikan anak-anak kurang mampu. Kini, Aji tidak hanya bisa mengubah hidupnya sendiri, tetapi juga memberi harapan kepada banyak anak di desanya.
Di suatu kesempatan, Aji kembali bertemu dengan nenek tua yang pernah ia bantu. Nenek itu kini tinggal di dekat tempat Aji bekerja. Mereka saling tersenyum, dan nenek itu berkata, "Aku tahu Tuhan mendengar doa-doamu, Nak. Kebaikanmu tidak akan pernah terlupakan."
Dengan penuh rasa syukur, Aji mengangguk. Ia menyadari bahwa setiap tindakan kecil bisa membawa perubahan besar. "Tuhan, izinkan aku berterima kasih atas kesempatan ini. Aku berjanji akan terus berbagi kasih dan harapan kepada sesama."
Dan di dalam hatinya, Aji tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Tuhan, Izinkan aku berterima kasih.