Matematika merupakan kategori ilmu pengetahuan yang usianya cukup tua. Sebab hampir seluruh ilmu pengetahuan membutuhkan kajian matematis dalam perkembangannya seperti ilmu astronomi, fisika, kimia, arsitektur, geometri dan ilmu hitung lainnya. Sejarah perkembangan matematika dalam Islam dimulai sejak abad pertengahan. Kajian Ilmu matematika terus mengalami perkembangan hingga melahirkan banyak ilmuan matematika (matematikawan) muslim yang teorinya masih digunakan dan menjadi cikal-bakal ilmu matematika modern yang bisa dinikmati hingga saat ini.
Kontribusi terpenting matematikawan muslim adalah pengembangan aljabar yang ditemukan oleh ilmuwan muslim ternama Al-Khawarizmi, yaitu menggabungkan material India dan Babilonia dengan geometri Yunani untuk mengembangkan aljabar. Dalam aljabar, seorang matematikawan menggunakan simbol x, y, atau z sebagai pengganti angka untuk menyelesaikan persoalan matematika. Muhammad bin Musa Al Khawarizmi, nama lengkap dari Al-Khawarizmi, juga merupakan penemu angka 0 (nol) yang hingga kini dipergunakan. Apa jadinya jika angka 0 (nol) tidak ditemukan? Barangkali tak akan ada rumus Einstein dan rumus lainnya, bahkan tak akan ada ilmu matematika semaju sekarang.
Selain itu, ada juga matematikawan muslim lainnya yakni “Umar Khayyam”, dikenal sebagai ilmuwan cerdas abad pertengahan. Ia memiliki nama besar di bidang matematika, astronomi, dan sastra. Sehubungan dengan itu, ia mendapat julukan Tent Maker dari para ilmuwan semasanya. Beliau inilah yang kemudian berhasil melakukan modifikasi terhadap perhitungan kalender muslim. Menurut perhitungan Khayyam, masa satu tahun adalah 365,24219858156 hari. Ia menghasilkan perhitungan yang sangat akurat hingga membuat para ilmuwan memuji kecerdasannya. Pada akhir abad XIX, para astronom menyatakan bahwa masa satu tahun adalah 365,242196 hari. Sementara itu, hitungan terakhir untuk masa satu tahun adalah 365,242190 hari. Sebuah nilai yang tidak jauh berbeda dari perhitungan Umar Khayyam berabad-abad sebelumnya.
Masih banyak matematikawan muslim lainnya seperti Al-Haitham, Abu al-Wafa, al-Biruni, al-Kindi, Ibnu Sina dan lain sebagainya, yang sebagaimana kita ketahui para ilmuwan muslim ini tidak hanya menguasai satu bidang ilmu pengetahuan saja tetapi menguasai beberapa bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, kedokteran dan lain-lain.
Sungguh luar biasa kontribusi, para ilmuwan muslim ini, dan sudah sepatutnya kita sebagai generasi muslim saat ini tidak terus melulu berbangga hati akan prestasi dan sejarah yang pernah diukir ulama muslim kala itu, tugas kita sekarang adalah belajar dari sejarah para pendahulu dan peletak sejarah kita untuk membangun kembali peradaban Islam.
Oleh: Omi Shobrina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H