Mohon tunggu...
Egi Septiana
Egi Septiana Mohon Tunggu... -

Mencari terang dalam gelap

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Melancong (Memorize of Yogyakarta 2010) part 3

8 Januari 2012   11:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sepanjang Malioboro

Malioboro yang indah, dipagi menjelang siang, sang surya mulai bergerak meninggi. Udara segar masih sangat terasa, jalan raya tak henti dipenuhi kendaraan yang lalu lalang. Orang-orang berjalan ramai disepanjang trotoar nan indah, tak ketinggalan para pedagang kaki lima sibuk melayani pembeli.

Ketiga pelancong itu tengah duduk santai diatas kursi yang ada disekitar trotoar, trotoar disepanjang malioboro ini tampak indah karena laksana taman saja. Tio, Adnan, Udin baru saja selsai melahap bubur ayam untuk mengisi energi mereka yang ternyata tak cukup sekedar roti yang tadi mereka makan.

Seperti biasa, mereka berbincang seru tentang kekaguman mereka akan bumi yogya yang sekarang mereka injak. Kepulan asap rokok keretek tak henti mengepul-ngepul dari bibir mereka. Dan mata ketiganya tengah jelalatan menikmati suasana sekitar. “hari ini rencananya gimana?” tanya Udin.

“kita habiskan sepanjang hari ini di sepanjang jalan malioboro aja, kan katanya dari sini jalan terus akan sampai alun-alun.” Kata Adnan. Tio yang asik dengan rokoknya hanya mengangguk setuju.

Merekapun melangkahkan kaki kembali melanjutkan petualangan yang baru dimulai itu. Mesisir jalanan panjang malioboro yang eksotis dan penuh pemandangan indah. Tapi tak lama langkah mereka terhenti disebuah plang tinggi yang memuat peta kota yogya. Mereka langsung menatapnya melihat setiap lekukan garis dimuka peta tentang bumi sejarah itu.

Beberapa orang yang melintas melirik ketiga pelancong itu. Bagi warga pribumi, melihat wisatawan bukan sesuatu yang aneh, tiap hari wisatawan lokal maupun asing mudah mereka jumpai disepanjang jalan malioboro itu. Tapi tatapan kali ini berbeda, mata mereka tidak memandang ketiga pelancong itu sebagai para wisatawan, melainkan tiga pemuda berandal.

Bagaimana tidak, ketiganya memang lebih mirip brandal ketimbang wisatawan. Lihat saja Adnan, selain pakaian switer hitam bergambar tengkoraknya dan celana bolong-bolong, tindik di dagu serta gaya rambut metalnya tak ayal membuat penilaian orang menjadi aneh. Tak kalah dari Adnan, Udin pun tampil garang dengan celana bolong-bolong, kaos oblong hitam, dan deretan tindik dikedua telinganya. Praktis hanya Tio yang bergaya biasa saja, tapi tubuh jangkis nya tetap membuat orang menilai minus padanya.

Tio menangkap tatapan orang-orang itu selintas. Baginya tatapan itu bukan untuk pertama kalinya,  dikampus sering juga ia menemukan tatapan persis seperti yang sekarang ia lihat terhadap kedua temannya itu. Tio memaklum prasangka itu, karena prasangka seperti itu juga yang pernah tio rasakan saat pertama kali bertemu dengan Adnan dan Udin. Tapi prasangka itu sirna, setelah lama mengenal keduanya, siapa sangka Adnan dengan gayanya itu adalah seorang mantan ketua OSIS di SMA nya dulu, ia memiliki kecerdasan luar biasa. Dan siapa sangka, Udin dengan tindik ditelingnya itu adalah seorang pejuang kehidupan, ia sejak SMA sampai kuliah sekarang membiayai dirinya sendiri tanpa meminta kepada orangtua, bahkan adiknya yang duduk dibangku SD, udin-lah yang membiayayainya.

***

Ketiganya melanjutkan langkah-langkah kakinya. Sepanjang mata memandang, yang mereka temukan adalah kekaguman dan kekaguman. Bagaimana tidak, selain bangunan-bangunan yang clasik itu, aroma moderen tetap terasa, gabungan keduanya menjadi pesona yang penuh seni. Sementara para pedagang kaki lima berbaris rapih sepanjang trotor tanpa mengganggu laju pejalan kaki atau kendaraan dijalan raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun