Di dunia pertelevisian nasional, nama Maria Goretti Limi Xu memang tak dikenal sebagaimana Ishadi SK atau Alex Kumara. Juga tak sepopuler Wishnutama atau Suryopratomo. Empat nama pria tersebut sudah dikenal malang melintang di dunia pertelevisian. Bahkan saat ini Wishnutama dan Suryopratomo masih aktif di struktur direksi. Jika Tama –panggilan Wishnutama- duduk sebagai Chief Executive Officer (CEO) PT Net Mediatama yang mengelola Net TV, Tommy- panggilan Suryopratomo- tercatat sebagai Direktur Pemberitaan Metro TV.
Namun, di dunia media, nama Limi –begitu panggilan Mario Goretti Limi Xu- sudah malang melintang selama kurang lebih 20 tahun lebih. Latar belakangnya adalah seorang sales marketing. Ia pernah duduk di jajaran direksi di tvOne dan ANTV. Namanya makin dikenal begitu menjabat sebagai CEO Rajawali Televisi (RTV) pada 2013.
Limi masuk RTV saat televisi milik Peter Sondakh masih bernama B Channel. Dalam kisahnya, ketika awal masuk, Limi ditargetkan dalam tiga bulan harus melakukan rebranding. Sebelum resmi menggunakan nama ‘Rajawali Televisi’, ia menggunakan jasa konsultan. Konsultan ini sempat mengusulkan sejumlah nama, mulai dari Singa TV, Andromeda TV, Spekta TV, Komodo TV, dan beberapa nama lain. Hasilnya yang dipilih adalah Rajawali Televisi atau disingkat RTV sesuai dengan holding company-nya, yakni Rajawali Group.
Berkat Limi dan tim, lambat laun RTV sudah muncul awareness-nya. Namun, kerja keras Limi dan tim selama 20 bulan sebelum rebranding tak akan dirasakan lagi “kenikmatannya”. Awal September 2015 lalu, perempuan ini mengundurkan diri sebagai CEO RTV. Banyak spekulasi yang beredar mengenai pengunduran dirinya. Ada spekulasi yang mengatakan, ia undur diri, karena dianggap tak mampu dibebankan target dalam hal pendapatan iklan di RTV. Spekulasi lainnya, Limi tak klop bersinergi dengan “seseorang” yang dianggapnya sombong dan seolah-olah paling tahu industri media, padahal baru masuk industri media 2-3 tahun. Setidaknya hal ini terlihat dari status di akun Facebook pribadinya.
“Individu yang bekerja di media juga harus memiliki idealisme, karena media memegang peranan penting bagi stabilitas dan keamanan suatu negara. Hal ini yg menyebabkan pimpinan media harus matang secara mental dan spiritual serta memiliki kebijaksanaan dalam bertindak.
Media menjanjikan dunia yang glamour dan ketenaran, justru bagi yang belum ‘matang’ akhirnya terjebak dengan arogansi dan kesombongan. Sangat mudah bagi seseorang utk masuk ke industri media terutama televisi, akan tetapi seberapa lama mereka bisa bertahan?
Bandingkan dengan anak muda yg baru masuk industri media yg baru 2-3 tahun, tapi seolah-olah yang paling tahu industri ini. Kemudian langsung merasa bangga karna bisa berkenalan dengan pejabat penting, merasa lingkungan pergaulannya sudah beda dibandingkan dengan teman-temannya. Muncul rasa pongah. Lantas bagaimana sikapnya jika para senior berkumpul, akhirnya hukum alam berbicara. Orang tersebut akan tersisihkan dengan sendirinya.”
Kini, sejak Limi mengundurkan diri, posisi CEO RTV diisi oleh Satrio. Pria ini bukanlah broadcaster atau berlatar belakang dari industri media. Ia adalah tangan kanan dari pemilik RTV, yakni Peter Sondakh. Nama Peter sendiri tentu bukan nama baru di dunia pertelevisian. Bersama Bimantara, di bawah Rajawali Group, ia membangun RCTI dari 1989 hingga 2000.
Satrio adalah seorang yang berlatar belakang sebagai auditor. Ia pernah bekerja di Pricewater House. Sebetulnya Satrio bukanlah orang baru di RTV dan baru masuk saat Limi resign. Pria lulusan Harvard University ini sudah ada sejak B Channel bersiaran. Jasanya tidak sedikit. Satrio lah yang mengurus seluruh perizinan hingga RTV bisa dinikmati siarannya di 33 kota.
Namun, pria yang baru berusia 33 tahun ini hanya sebagai CEO sementara. Saat ini RTV sedang mencari CEO pengganti Limi. Siapakah? Akankah orang yang duduk di posisi tinggi tersebut berasal dari kalangan senior broadcaster atau industri media?
Salam Sukses!