[caption id="attachment_314246" align="aligncenter" width="504" caption="Ilustrasi/Admin (Kompasiana)"][/caption]
Begitulah kesimpulan Nurwidiyanti (40), warga Cibubur, setelah menyaksikan episode Hitam-Putih semalam Senin, 6/1/14). Perselisihan antara Dedy Corbuzier dan Farhat Abbas tak segarang sebagaimana terjadi di jejaring sosial Twitter. Meski Dedy terlihat memancing emosi, sikap suami Nia Diniati ini biasa-biasa saja.
Seperti sebagian dari Anda ketahui, imbas dari perselisihan dengan anak-anak Ahmad Dhani, Farhat Abbas menantang mentalist Dedy Corbuzier. Perang di twitter pun terjadi. Di Twitter, Farhat menilai, Dedy tidak pernah menjadi dirinya sendiri, tetapi tampil dengan topeng Deddy. Mengingkari takdir dari Tuhan.
“Malam ini gue akan buat sepatu gue lebih berharga dari ungkapan-ungkapan tak bermutu dari Dedy Corbuzier,” tulis Farhat di akun Twitternya.
Saat perang di twitter tersebut, Dedy merasa apa yang dilakukan oleh Farhat merupakan hak pribadi bersangkutan, sebaliknya Dedy juga punya hak tidak menanggapinya.
“Emangnya hidup gue Cuma mantauin Twitter aja,” ujar Dedy saat itu.
Jika dilihat dari jumlah followers, akun milik Farhat, yakni @farhatabbaslaw, kalah jauh dibandingkan dengan akun @corbuzier yang dipakai Dedy. Per pukul 00:00 wib ini, Farhat cuma punya 419.030 followers, sementara Dedy punya 1.676.167 followers.
Malam ini, Trans 7 mempertemukan Dedy dengan Farhat, musuhnya di jejaring sosial. Tak ada duel fisik, tetapi menguji pengetahuan mereka berdua dalam sebuah kuis yang diadaptasi dari Are You Smarter Than First Grade?, yakni kuis Are You Smarter Than Me?.
Di segmen closing, Dedy menggali isi kepala Farhat tentang Jakarta dan juga Instruksi Gubernur DKI Jakarta terbaru, Jokowi, tentang bersepeda tiap Jum’at minggu pertama. Menurut Farhat, instruksi Jokowi yang mewajibkan seluruh pegawai Pemda DKI Jakarta sah-sah saja. Bahkan Pengacara ini menyebut mantan Walikota Solo ini sebagai “Gubernur Sepeda Indonesia”.
“Kalo Jokowi disebut ‘Gubernur Sepeda Indonesia’, kalo sebutan yang cocok buat Anda apa dong?” tanya Dedy.
“Saya? Capres muda, dong,” ujar Farhat dengan penuh percaya diri.
Tentang Jakarta, ada pemikiran Farhat yang cukup menggelikan dan membuat Dedy semakin suka menggali keanehan pemikiran Farhat.
“Buat apa ke Jakarta cuma jadi Pembantu?” ujar Farhat.
“Lho, mereka kerja cari uang...” komentar Dedy.
Menurut Farhat, Jakarta sudah terlalu penuh dengan pendatang. Menurutnya, banyak orang yang menyangka, hidup di Jakarta bisa kaya. Padahal, anggapan itu tidak benar. Kalo mau kaya, jangan pergi ke Jakarta.
Buat membendung para pendatang, ada dua keanehan pemikiran Farhat. Pertama, biaya hidup di Jakarta harus dinaikkan. “Kalo sekarang makan Rp 25 ribu, dinaikkan menjadi Rp 100 ribu”. Kedua, yang lebih aneh, mereka yang hendak masuk ke Jakarta harus memakai paspor, sebagaimana layaknya orang berpergian ke luar negeri.
Chit-chat tentang Jakarta dan Jokowi itulah yang menutup pertemuan Dedy dengan Farhat. Pertarungan yang dinantikan jutaan pasang mata tak terjadi. Tak heran, Nurwidiyanti menyangka, perseteruan di jejaring sosial jangan-jangan sekadar gimmick. Tipuan kreatif untuk mengangkat popularitas Dedy, maupun Farhat.
Salam Gimmick!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H